Skip to main content

Utilitas Pendingin di Offshore

Karena air laut yang melimpah.. system pendingin yang paling effisien untuk di laut/ offshore adalah dengan media air laut (sea water).
untuk jenis HE-nya bisa menggunakan plate heat exchanger (PHE) yang lebih compact dari pada HE jenis lain.
Sebagai contoh di salah satu P/F dilaut jawa, genset awalnya pakai air cooled sebagai pendingin tetapi akhirnya rontok & diganti dengan PHE.


Tanya - Babar Priyadi Mugi Hanggana

Kepada member milist
Saya adalah seorang mahasiswa.
Saya ingin bertanya tentang utilitas di offshore
kira-kira apa yang menjadi pertimbangan kenapa di offshore lebih cenderung menggunakan air sebagai pendingin bukan udara?

Kepada para senior milist migas indonesia mohon pencerahannya.
Terimakasih


Tanggapan 1 - Alvin77 alfiyansyah


Dapat informasi dari mana dan survey apa yg menyatakan kecenderungan demikian bahwa air yg cenderung digunakan utk sistem pendingin?

Pertanyaannya pun terlalu general karena ngga menyebutkan utility system apa yg hendak dianalisa? Secara nyata ya namanya offshore, air ya ada dimana-mana....hehehe...just joke to open your eye.

Di offshore bisa beragam system dan pendingin yg digunakan dari air, udara, lubricant, special fluid, etc.

So, sebutkan dulu utility system yg mau dianalisa biar bisa dibantu lebih lanjut. Thanks.


Tanggapan 2 - syamsul_an@pusri


Kalo secara teori perpindahan panas
Q=mdot x cp x dT
Untuk suhu yg sama cp air = 4,1 kJ/kg.K sedangkan cp udara = 1 kJ/kg.K.
Itu artinya air mempunyai kemampuan 4x memindahkan panas dibanding udara.
Mungkin ada tambahan dari sisi aplikasi.

Tanggapan 3 - zulfan adi putra

Mas Babar,
Saya pikir gak mesti harus di offshore baru pake air drpd udara.

Terlepas dr aplikasi di offshore atau onshore, air dipilih krn dua alasan spesifik:

1.     Heat capacity nya yg besar. Jauh lbh besar drpd udara. Artinya air bisa mengandung (mengambil/mengirim/membawa) energy dlm jumlah yg besar tanpa harus mengalami kenaikan temperature yg signifikan. Keuntungan dr sini ada dua:

a.     Temperature air (relatif) tidak naik secara signifikan sehingga ketika kita mendesain heat exchanger nya, dT lmtd nya akan (relatif) cukup besar. Akibatnya, ukuran heat exchanger yg diperlukan akan (relatif) lbh kecil.

b.    Utk rentang temperature (in-out) yg sama, laju alir yg diperlukan utk mengambil (membawa/mengirim) energy akan lbh rendah. Sehingga energy yg diperlukan utk memompa air tsb akan lbh rendah. Pompanya jg akan lbh kecil. Ujung2nya capital cost secara keseluruhan akan lbh rendah.

2.     Air adalah liquid atau cairan. Letak molekul2nya relatif lbh dekat drpd letak molekul2 udara. Akibatnya, proses perpindahan energy melalui konduksi (pada lapisan film air) atau konveksi (dgn mengalirnya air tsb) akan lbh cepat. Fenomena ini akan berhubungan dgn heat transfer coefficient. Dengan kata lain, air (sbg liquid) akan memiliki heat transfer coefficient yg jauh lbh besar drpd udara (sbg gas). Keuntungannya adalah ketika kita mendesain heat exchanger equipment, ukurannya akan jauh lbh kecil drpd ukuran fan utk udara.

Klo di offshore, air (laut) tersedia di mana2. Tinggal kita mikir utk mendesain heat exchanger dgn material yg tahan korosi.


Tanggapan 4 - maryadi_ahmad

Utk Close loop Chilled Water system, umumnya air -yg telah menyerap panas td-
nanti didinginkan (dibuang panasnya) oleh udara via Cooling tower.
Jadi ya..umumnya campuran lah..

Tanggapan 5 - M. Abdurrahman.AlHamid@petrofac


Dear Mas babar,

Di offshore mainly menggunakan air mainly karena kalo pake udara memerlukan space yg cukup besar dimana space merupakan pertimbangan yg cukup penting dalam offshore.

Tanggapan 6 - Yoga Pratama

Mas Abdurahman,

Ini air = water apa udara? Mohon pergunakan bahasa yang konsisten pak,  seluruhnya inggris atau seluruhnya bahasa. Ketika dicampur jadi kerwn gimana gitu.


Tanggapan 7 - Hotler Na70

Ya,bener bung Yoga...kadang seseorang supaya dibilang pengetahuannya Internasional trus bhs nya dicampur2 gitu...spt pejabat kita kalau mau bicara di forum resmi yg justru dihadiri 100% Indonesia,dan lebih parahnya lagi kalau bicara dipertemuan tingkat desa...weleh....
Semoga bung Abdurrahman tdk termasuk katagori tsb.
Salam kritik.

Tanggapan 8 -  M. Abdurrahman.AlHamid@petrofac

Aduh aduh Ok deh bos kok jadi melebar gini..Saya rasa maksudnya sudah bisa di tangkap bahwa biasanya di offshore kita ada keterbatasan d tempat/area sehingga pilihan medium pendinginnya biasanya closed loop cooling water yg selanjutnya akan didinginkan oleh Seawater ., Terimakasih atas input dari Bung Yoga dan Hotler yg sangat sangat bermutu.

Tanggapan 9 - Kunto kunto.jati


Mas Babar, kembali ke laptop yah.

Sebenarnya kalau dibilang kecenderungannya pakai air di fasilitas lepas pantai tidak sepenuhnya benar. Semua dikembalikan kepada kebutuhan fasilitas tersebut dan melihat juga kepada strategi pemeliharaan dan operasi fasilitas tersebut ke depannya. Pada saat fase conceptual design, kita bisa melakukan optimasi mengenai berbagai alternatif sistem operasi yang akan kita pakai. Termasuk di dalamnya apakah kita akan pakai air maupun udara maupun special heating/cooling medium.

Pengalaman saya, dari fasilitas offshore yang pernah saya tangani, dua2 nya menggunakan udara. Sementara tetangga sebelahnya menggunakan air. Menggunakan air - closed loop - kita harus waspada dengan kemungkinan intrusi air laut ke dalam closed loop system kita.

Dengan menggunakan udara, kita tidak perlu additional chemical untuk system air nya. Dan pada saat proyek kita tidak perlu  memasang HE yang segede2 bagong (bagong saja tidak gede2 amat hehehe). Sehingga platformnya lebih compact. Karena kalau pakai HE S&T maka kita perlu kasih space untuk maintenance bundle etc. Namun dengan udara paling kita perlu maintain motor, belt sering putus, kadang2 vibration karena support nya ga cukup.

Again, kembali ke pertanyaan sampeyan. Semua ada plus minusnya. Sebaiknya jangan di generalisir.

Every single element in the earth has their own purpose hehehe.


Tanggapan 10 - Boorham Rifai



Bener banget Kang Kunto. Sependek ingetan saya, di fasilitas offshore di perusahaan dimana saya pernah bekerja rasa2nya mayoritas pendinginnya menggunakan udara (Fin Fan Air Cooler untuk kompresor). Saya malah bingung kalau pendingin air, bukankah kalau memakai sistem closed loop di akhirpun harus didinginkan dengan udara, sementara kalau memkai open loop, entah berapa banyak chemical yg harus dibuang ke laut dan setahu saya ada ambang batas temperatur air yg boleh dibuang langsung ke lingkungan (40 deg C ?, CMIIW). 

Btw, IMHO saya kurang setuju dgn argumentasi banyak fasilitas menggunakan pendingin air karena di offshore, air ada dimana-mana, karena argumentasi ini dengan mudah dipatahkan dgn fakta bahwa udara pun ada dimana-mana termasuk di offshore.

Tanggapan 11  - Surapati, Jimmy Untung@chevron

Nggak juga mas Rifai, di fasilitas saya yang lama Closed Loop system cooling nya pake air tawar dan untuk mendinginkan air tawarnya pake air laut yang disirkulasikan dengan sea water lift pump, jadi gak pake udara.


Tanggapan 12 - James

Senada dengan Mas Jimmy, bahwa pemilihan jenis pendingin sangat ditentukan oleh footprint dari HE yg digunakan. Normal untuk offshore di east kalimantan, kita gunakan CCW (closed cooling water) system. Sementara di delta Mahakam tempat saya bekerja sekarang digunakan fin fan cooler, karena tidak ada limitasi space. Untuk case Mas Jimmy, dimana HE yg digunakan adalah PCHE, media pendingin yg digunakan adalah fresh water (sebetulnya distillate water dgn inhibitor korosi).

Tanggapan 13 - sutikno_suradi

Benar Pak Jimmy,karena air laut yang melimpah.. system pendingin yang paling effisien untuk di laut/ offshore adalah dengan media air laut (sea water).
untuk jenis HE-nya bisa menggunakan plate heat exchanger (PHE) yang lebih compact dari pada HE jenis lain.

sebagai contoh di salah satu P/F dilaut jawa, genset awalnya pakai air cooled sebagai pendingin tetapi akhirnya rontok & diganti dengan PHE.


Tanggapan 14 - zulfan adi putra

Pak KIJ,

Klo boleh tau, di offshore yg Bpk tangani, berapa besar energi yg hendak dibuang lwt udara di fasilitas tsb?

Tanggapan 15 - Kunto kunto.jati

Mas Zulfan, info sebelumnya itu adalah di tempat saya yang lama, tempat menimba ilmu saya hehehe, Di tempat saya yang sekarang, kami pakai air laut sebagai media pendingin. Dan karena reservoir nya muaantabbb sekali jadi masih bisa dikirim ke daratan sejauh 100 km secara free flow sehingga tidak ada kebutuhan tambahan pendingin untuk gas keluaran compressor.  

Di tempat saya yg lama, kalau ditotal, satu platform kebutuhan heat dutynya sekitar 250 mmbtu/hr. 

Mudah2an membantu yah.

P.s. Sebenarnya sangat menarik untuk melihat bagaimana suatu fasilitas di design. Beda kumpeni beda philosophy nya. Beda engineer beda alur prosesnya. Beda standar yang dipakai bisa beda kebutuhannya. Each facility inherits a unique blend of complex ideas and thoughts. :)


Tanggapan 16 - zulfan adi putra


Pak KIJ,

Wah, terima kasih ini contekan heat dutynya. Berarti sekitar 73 - 74 MW ya [saya gak terbiasa pake sistem US :( ]. Besar jg ya utk dipindahkan lwt air cooler. Klo boleh tau lg, hehehe... Berapa krg lbh temperature udara di sekitar offshore atau temperature process yg ingin didinginkan?
Itung2an bego saya begini:
70 x 1e6 (W) = A (m2) x 200 (W/m2.K) x 100 (K) --> asumsi mendinginkan benda 100oC dgn temperature udara 0oC (berlebihan sih mmg :D) dgn forced convection heat transfer coeffient utk udara ~ 200 W/m2.K
A = 3500 m2
Sebesar ini kah ukuran air coolernya? Seberapa luas atau besar (volume) utk heat exchanger (apapun heat exchangernya) yg biasanya ada di platform?

Terima kasih yg sebesar2nya,

Tanggapan 17 - Kunto kunto.jati

Mas Zulfan,
Sebenarnya banyak teman2 yang lebih "berhak" menjawab pertanyaan sampeyan di forum ini. Saya kebetulan hanya user saja, bukan truely designer :D.

Angka yang saya sampaikan sebelumnya adalah total heat duty yang diperlukan pada suatu saat tanpa menghitung yang stand-by yah. Itu terdiri dari beberapa fin fan cooler - kurang lebih occupy sekitar 30m x 30m. Biasanya ditaruh di top deck.

Sedikit tambahan jika memang Mas Zulfan sedang mendesign fin fan; mungkin bisa consider beberapa hal berikut ini yah:
1. biasaya orang proses sudah kasih 10% margin untuk flow rate dan heat dutynya. Orang mechanical akan tambah sekitar 10-20% lagi untuk tambahan area perpindahan panasnya. Orang setrum akan tambah 10-20% lagi untuk motornya. Jadi be wise, mau berapa % oversize sampeyan punya cooler. Dari sisi user, saya mau secukupnya saja biar capital cost tidak berlebihan.

2. jika menaruh fin fan cooler untuk offshore platform, tolong dipertimbangkan peralatan atau unit di sekitar coolernya yah. Jangan sampai solenoidnya control valve atau level transmitter nya jebol karena kepanasan. Atau rekan kita dari mechanic, tidak nyaman untuk melakukan maintenance crane karena puanasss nya luar biasa.

Well, jika ada yang masih bisa dibantu monggo japri yah. Namun kalau pengen dapat detail bagaimana mendesign sebuah fin fan cooler, saya persilakan untuk tanya rekan2 yang lain yang lebih 'berhak" menjawabnya.


Tanggapan 18 - zulfan adi putra

Pak KIJ,

Saya lg gak mendesign air cooler. Cuma pengen dapat feeling nya aja, seberapa besar sebenarnya energi yg biasa dibuang dgn menggunakan air cooler di platform. Dan seberapa besar/luas area yg biasanya ada di platform utk air cooler.
Ada bbrp rekan yg lain, yg jg menyatakan bahwa mereka menggunakan air cooler di platform. Cm blom membagi informasi (kira2 aja) seberapa besar energi yg mesti dibuang. Klo mmg energi yg perlu dibuang cukup kecil dan platform terletak di daerah dgn temperature udara yg cukup rendah (plus gak terlalu ambil pusing dgn energi yg mesti disuplai utk menggerakkan si kipas itu sekencang mungkin), mungkin bisa menjadi dasar yg kuat utk memilih air cooler.

Anyway, bbrp minggu lalu saya kebetulan ikut workshop dan ada seorang vendor yg membagi informasi mengenai produknya yg berupa compact heat exchanger. Produk ini, katanya, cukup banyak diaplikasikan di offshore yg notabene memiliki luas/ruang yg terbatas. Mungkin bisa saya attach di sini kali ya.

Terima kasih,


Tanggapan 19 - muhammad rifai


sedikit urus rembug...

sebenernya, dimana-mana entah onshore ato offshore, oil gas ato chemical bahkan proyek perumahan.... kembali ke duit... mana yang menguntungkan itu yang dipilih

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD BUKU: THE TRUTH IS OUT THERE KARYA CAHYO HARDO

  Buku ini adalah kumpulan kisah pengalaman seorang pekerja lapangan di bidang Migas Ditujukan untuk kawan-kawan para pekerja lapangan dan para sarjana teknik yang baru bertugas sebagai Insinyur Proses di lapangan. Pengantar Penulis Saya masih teringat ketika lulus dari jurusan Teknik Kimia dan langsung berhadapan dengan dunia nyata (pabrik minyak dan gas) dan tergagap-gagap dalam menghadapi problem di lapangan yang menuntut persyaratan dari seorang insinyur proses dalam memahami suatu permasalahan dengan cepat, dan terkadang butuh kecerdikan – yang sanggup menjembatani antara teori pendidikan tinggi dan dunia nyata (=dunia kerja). Semakin lama bekerja di front line operation – dalam hal troubleshooting – semakin memperkaya kita dalam memahami permasalahan-permasalahan proses berikutnya. Menurut hemat saya, masalah-masalah troubleshooting proses di lapangan seringkali adalah masalah yang sederhana, namun terkadang menjadi ruwet karena tidak tahu harus dari mana memulainya. Hal tersebut

Apa itu HSE ?

HSE adalah singkatan dari Health, Safety, Environment. HSE merupakan salah satu bagian dari manajemen sebuah perusahaan. Ada manejemen keuangan, manajemen sdm, dan juga ada Manajemen HSE. Di perusahaan, manajemen HSE biasanya dipimpin oleh seorang manajer HSE, yang bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan seluruh program HSE. Program  HSE disesuaikan dengan tingkat resiko dari masing-masing bidang pekerjaan. Misal HSE Konstruksi akan beda dengan HSE Pertambangan dan akan beda pula dengan HSE Migas . Pembahasan - Administrator Migas Bermula dari pertanyaan Sdr. Andri Jaswin (non-member) kepada Administrator Milis mengenai HSE. Saya jawab secara singkat kemudian di-cc-kan ke Moderator KBK HSE dan QMS untuk penjelasan yang lebih detail. Karena yang menjawab via japri adalah Moderator KBK, maka tentu sayang kalau dilewatkan oleh anggota milis semuanya. Untuk itu saya forward ke Milis Migas Indonesia. Selain itu, keanggotaan Sdr. Andry telah saya setujui sehingga disk

Penggunaan Hydrostatic Test & Pneumatic Test

Pneumatic test dengan udara (compressed air) bukan jaminan bahwa setelah test nggak ada uap air di internal pipa, kecuali dipasang air dryer dulu sebelum compressed air dipake untuk ngetest.. Supaya hasilnya lebih "kering", kami lebih memilih menggunakan N2 untuk pneumatic test.. Tanya - Cak Ipin  Yth rekan-rekan milis Saat ini saya bekerja di power plant project, ditempat saya bekerja ada kasus tentang pemilihan pressure test yang akan digunakan pada pipa Instrument, Pihak kontraktor hanya melakukan hydrostatic test sedangkan fluida yg akan digunakan saat beroperasi adalah udara dimana udara tersebut harus kering atau tidak boleh terkontaminasi dengan air, pertanyaan saya : 1. Apakah boleh dilakukan hydrostatic test pada Instrument air pipe?? 2. Jika memang pneumatic test berbahaya, berapa batasan pressure untuk pneumatic test yg diijinkan?? Mohon pencerahan dari para senior, terima kasih. Tanggapan 1 - Apriadi Bunga Cak Ipin, Sepanjang yang saya tahu, pneum