Skip to main content

Kenapa harus kendaraan diesel

Secara fisik mesin diesel punya performa baik di torsi tinggi dibanding mesin gasoline karena energi per gallon lebih besar, longer piston stroke length, higher compression & heavier component, turbocharging.
Dari sisi keamanan/safety mesin diesel sudah dibahas oleh Bapak2 dibawah ini selain titik bakar dan pengapian yang punya prinsip berbeda antara kedua mesin (walau kalo solar menyala lebih sulit dimatikan sebenarnya...CMIIW), hanya tambahan bagian muffler atau knalpot (CMIIW) juga harus dicek dan diberi piranti pengaman tambahan (saya lupa namanya...) disesuaikan kebutuhan hasil inspeksi, selain mesin dan fisik kendaraan yang juga harus lolos inspeksi.
Kemudian pengemudi sebelum bisa masuk ke area harus punya SIMPER (Perusahaan) yg diterbitkan pejabat setempat, selain ttg peraturan lalu lintas ada tambahan ujian, training dan masalah housekeeping lainnya yang diperlukan sesuai culture perusahaan.



Tanya - Dimas Adhiperdhana


Sebelumnya salam kenal kepada rekan-rekan milist migas indonesia. Nama saya Dimas, dan saya baru berkecimpung selama 2 tahun di industri migas ini.

Pertanyaan saya, kan di dalam SOP keselamatan di industri perminyakan banyak dijumpai keharusan untuk menggunakan kendaraan diesel di dalam wilayah kerjanya.

Nah, bila pertimbangannya  adalah karena kendaraan berbahan bakar bensin menggunakan listrik tegangan tinggi untuk memicu terjadinya pembakaran, dan dikhawatirkan bila terjadi kebocoran, akan memicu ledakan di atmosfer yang eksplosif, menurut saya kurang relevan karena jika selalu dilakukan maintenance pada  kendaraan, hal tersebut tidak akan terjadi.

Yang ingin saya tanyakan, apakah yang mendasari keharusan menggunakan kendaraan diesel tersebut?  Karena kalau menurut saya potensi lebih besar terpicunya ledakan di atmosfer yang eksplosif berasal dari motor starter yang hampir pasti akan mengeluarkan percikan api saat beroperasi. Baik di kendaraan diesel atau bensin.

Terima kasih sebelumnya kepada rekan-rekan milis yang bersedia menjawab pertanyaan saya yang sederhana ini.


Tanggapan 1 - bito@eng.ui


Berdasarkan karakterisltik sebagai motor bakar, mesin diesel putarannya lebih rendah tapi menghasilkan torsi yang jauh lebih besar daripada mesin bensin. Ini cocok utk wilayah kerja operasi migas yang biasanya kondisi jalannya off road sehingga butuh torsi yang besar. kalau yang dibutuhkan speed, maka mesin bensin lebih cocok. Walaupun demikian dengan kemajuan teknologi gearbox, kenyataan ini bisa diatasi. Tapi karakteristik mesin Diesel adalah mampu menghasilkan torsi tinggi di putaran rendah serta kondisi daya maksimum dan torsi maksimum pada kisaran putaran mesin yang dekat. sedangkan pada mesin bensin, torsi maksimum dan daya maksimum dihasilkan pada putaran mesin yang berbeda dan cukup signifikan. Hal ini tetap merupakan suatu keunggulan tersendiri utk kondisi off-road.


Tanggapan 2 - Rawindra Sutarto


Mas Wahyu,

Pertanyaannya adalah perbandingan tingkat bahaya antara mesin diesel dan bensin yang dioperasikan di hazardous area yang berpeluang mengandung flammable/explosive mixtures, sehingga akhirnya diputuskan melarang pemakaian mesin bensin. Jadi tidak terkait kebutuhan besarnya torsi, sebab setau saya operasi di anjungan migas lepas pantai juga melarang pemakaian speed/workboat dgn outboard-engine berbahan bakar bensin. Pilihannya adalah mesin diesel atau kerosene (m.tanah).

Utk mas Dimas, keputusan pelarangan itu jelas tidak terkait maintenance-program bagus atau jelek ..., konyol bener kalau iya.

Kita tunggu penjelasan tuntas dari ahli2 HSE dan mesin bakar ... Monggo ...


Tanggapan 3 - bito@eng.ui


Bapaks,
Kalau arahnya bukan kebutuhan power atau torsi karena tantangan medan operasi, maka jawabnya adalah dari namanya saja sudah jelas barangkali. Mesin bensin disebut juga sbg Spark Ignition E/G, sedangkan Diesel disebut Compression Igniton E/G. Itu mengacu ke pemicu proses pembakaran didalam silinder. pada mesin bensin menggunakan busi dengan loncatan bunga api (spark) sedangkan mesin Diesel akibat tekanan piston yang besar shg bahan bakar solar akan meledak dan terbakar dengan sendirinya. Peristiwa itu terjadi didalam silinder sehingga cukup aman. Jadi yang berbahaya bukan loncatan bunga api di busi atau ledakan solar. Kedua peristiwa itu sealed didalam silinder.
Nah, jadi apa ? Kita ketahui spark atau loncatan bunga api listrik adalah ibarat petir/kilat. Membutuhkan beda potensial (voltage) yang tinggi sekali. Pada mesin bensin ada coil yang secara prinsip adalah sama dengan trafo. Gunanya menaikkan voltage listrik bisa sampai 25.000 Volt. Dari situ listrik dibagi ke masing2 busi melalui distributor yang mekanismnya ada rotor yang berputar dan menyentuh stator ke setiap busi. Ke masing2 busi melalui kabel busi. Disini potensial hazardnya yaitu kalau kabel businya sudah jelek, retak dlsb maka ada kebocoran insulatornya sehingga bisa timbul bunga api dari kabel ke blok mesin sebagai ground. Kalau kebetulan ada bensin bocor shg ada campuran uap bensin dan udara maka terjadilah nyala atau ledakan. Potensial hazard lainnya adalah dari contactor pada distributor yang sering kita kenal sebagai platina. Contactor ini nempel-lepas-nempel-lepas karena didorong oleh suatu cam yang berputar. Peristiwa disaat akan kontak itu sering menimbulkan percikan bunga api listrik karena tingginya voltage listriknya pada gap/celah yang dekat. Itu sebabnya platina itu lama kelamaan rusak termakan oleh loncatan api listrik tersebut. kalau kebetulan ada uap bensin dari bocor atau rembes bercampur udara disitu maka terjadilah pembakaran.
Walaupun sekarang coil sudah sealed dengan baik sekali dan distributor yang mekanikal seperti itu diganti dengan elektronik, tetap saja potensial hazard tidak hilang terutama dari kabel busi. Terlebih lagi memang karakteristik gasoline/bensin yang mudah menguap dan bercampur udara akan mudah meletus bila terkena percikan bunga api dari manapun. Dari akumulasi listrik statik karena sistem ground (arde, pertanahan) yang buruk juga bisa. Bahan bakar solar untuk mesin Diesel tidak mudah meletus, bahan bakar itu harus dikompress dulu sampai tekanan tinggi baru akan meletus. Di udara atmosfir tidak akan terjadi. Itu sebabnya tidak ada mesin Diesel yang terbakar, tapi mesin bensin banyak. Apalagi kalau disain mesinnya memang mebahayakan seperti mesin VW yang buatan Brazil terutama, selang bensinnya lewat diatas distributor, sehingga perlu dimodif dengan menambah shield disitu. Mudah2an manfaat, sorry kalau kepanjangan.


Tanggapan 4 - Yogi Julianto

Mas Wahyu,
Untuk mesin diesel ditekankan pada kompresi di ruang bakar (combustion chamber).
Karena bahan bakar yang di konsumsi adalah solar (kalau mesin diesel mobil) yang memiliki nilai oktan lebih rendah daripada besin. Dalam artian lebih rendah untuk mencapai titik bakar.
Untuk meningkatkan titik bakar dari bahan bakar tersebut, maka combustion chamber harus rapat dan dari injector juga harus mampu mengabutkan bahan bakar tersebut dengan bagus.
Apabila ruang ini sudah mengalami kebocoran maka mesin diesel tersebut tidak dapat beroperasi.
Sehingga dari segi keamanan lebih terjaga.

Sedangkan untuk mesin bensin menggunakan bahan bakar bensin yang memiliki titik bakar diatas mesin diesel. Untuk mesin ini pengapian menggunakan spark plug. Untuk dari segi keamanan harus dijaga kabel busi, karena apabila tidak kebocoran kabel tersebut bisa membahayan sekitar, apalagi yang hazardous area.

Untuk lebih handalnya bisa diambilkan contoh antara mobil bensin dengan mobil diesel pada saat musim banjir. Untuk mesin bensin lebih rentan mogok pada saat banjir ketimbang mesin diesel.
Air banjir tersebut bisa masuk kedalam combustion chamber melalui spark plug. Untuk mesin diesel akan lebih tahan menghadapi banjir, karena mesin ini tidak menggukan spark plug dalam proses pembakaran.


Tanggapan 5 - hendrikawan

Mas yogi,

"Karena bahan bakar yang di konsumsi adalah solar (kalau mesin diesel mobil) yang memiliki nilai oktan lebih rendah daripada besin", setahu saya solar tidak mempunyai spesifikasi nilai oktan, namun yang ada adalah nilai cetane.
Salah satu spesifikasi bensin (premium, pertamax maupun pertamax plus) yang terpenting adalah nilai oktan, semakin tinggi nilai oktan , maka membutuhkan perbandingan kompresi mesin bensin yang tinggi untuk membakar bensin tersebut. Best practice nya sih untuk mesin bensin yang mempunyai perbandingan kompresi < 9 : 1 masih aman mengkonsumsi bensin jenis premium (oktan 88), namun untuk perbandingan kompresi diatas itu sebetulnya direkomendasikan untuk memakai bahan bakar minimal jenis pertamax. Jika dipaksakan mesin kompresi tinggi memakai bensin oktan rendah, maka akan terjadi gejala knocking (precombustion) yang dapat mempersingkat umur mesin dan mengurangi tenaga.
Sebaliknya jika mesin kompresi rendah "dipaksa" mengkonsumsi bahan bakar oktan tinggi, maka akan mubazir jika tidak dibarengi dengan ubahan pada mesin yang meliputi waktu pengapian dan penggantian busi yang bertipe lebih panas (CMIWW).
Untuk mesin solar, perbandingan kompresi pada mesinnya sangat tinggi untuk mempromote self ignition dari solar, setau saya sih mencapai minimal 15 : 1. Untuk nilai cetane dari solar semakin tinggi maka semakin mudah terbakar, sehingga effisiensi dari mesin itu sendiri meningkat.
Mungkin itu yang bisa saya tambahkan dari aspek kemesinannya.

Tanggapan 6 - bito@eng.ui

That's it. Mesin bensin mempunyai potential hazard yaitu dari bahan bakarnya sendiri yang mudah menguap dan bila bercampur dengan udara dan terkena percikan api akan mudah menyala/meletus terbakar. Demikian juga potential hazard timbulnya percikan bunga api (spark) karena memang sistemnya menggunakan listrik tegangan tinggi utk menghasilkan spark di busi. Pada mesin diesel kedua hal tersebut tidak ada.


Tanggapan 7 - Alvin Alfiyansyah


Setuju Pak Wahyu & semuanya,

Secara fisik mesin diesel punya performa baik di torsi tinggi dibanding mesin gasoline karena energi per gallon lebih besar, longer piston stroke length, higher compression & heavier component, turbocharging.
Dari sisi keamanan/safety mesin diesel sudah dibahas oleh Bapak2 dibawah ini selain titik bakar dan pengapian yang punya prinsip berbeda antara kedua mesin (walau kalo solar menyala lebih sulit dimatikan sebenarnya...CMIIW), hanya tambahan bagian muffler atau knalpot (CMIIW) juga harus dicek dan diberi piranti pengaman tambahan (saya lupa namanya...) disesuaikan kebutuhan hasil inspeksi, selain mesin dan fisik kendaraan yang juga harus lolos inspeksi.
Kemudian pengemudi sebelum bisa masuk ke area harus punya SIMPER (Perusahaan) yg diterbitkan pejabat setempat, selain ttg peraturan lalu lintas ada tambahan ujian, training dan masalah housekeeping lainnya yang diperlukan sesuai culture perusahaan.

Silakan jika ada tambahan lainnya.


Tanggapan 8 - dimastri bidadarisunyi


Pak Wahyu, Pak Yogi

Flash point dari bensin (petrol) bukannya lebih rendah dari flash point solar (minyak diesel) ya? soale kl puntung rokok saya buang ke bensin pasti langsung kebakar, tp ndak begitu dgn solar. kok makin ndak mudeng ya aku?

Tanggapan 9 - tri antoro antoro_jogja75

Memang ,diantara banyak faktor seperti mekanisme kerja mesin ,baik mesin diesel dan bensin ,ada juga perbedaan Flash Point dari Bensin dan Solar sebagai alasan mengapa mesin berbahan bakar Diesel lebih di pilih di hazardous area seperti ( petroleum  refinery etc), karena vapor yang berasal dari produk yang tersimpan dalam storage tank ataupun proses refinery tersebut lebih banyak terakumulasi di permukaan bawah udara karena berat jenis vapor lebih berat dari pada berat jenis udara,sehingga jika kita memakai mesin yang berbahan bakar Bensin yang potensi terjadi spark lebih besar ( kita lihat dari cara kerja mesinnya) maka spark tersebut akan bertemu dengan vapor yang sudah terakumulasi di sekitar hazardous area  tersebut,karena di hazardous area pada kondisi normal pun vapor pasti ada ( segitiga api : 02 sudah ada di area tersebut, fuel/vapor juga sudah ada tinggal menunggu heat dari spark ):

Flash point Gasoil/solar     = 55-70 derajad celcius
Flash Point Mogas/Bensin = -40  derajad celcius


Tanggapan 10 - Hotler Na70 hotna70

Hehehe... emang salah ngartiin Flash Point, simpelnya gini:Flash Point(titik nyala)rendah pada Bensin/Premium mengakibatkan mudah terbakar karena Oktan Number selalu berbanding terbalik dengan Flash Point,sementara solar ON nya rendah maka Flash Pointnya tinggi shg tidak mudah terbakar Thats it !!!.
Dan yang harus diingat adalah unsur segitiga api harus terpenuhi baru terjadi nyala/terbakar!
Puntung rokok dibuang ke bensin siapa bilang pasti nyala? pasti blm pernah coba ! kalau sdh coba pasti kaget hasilnya beda!mengapa? ? ?

Comments

  1. Rekan-rekan, saya mencoba melengkapi.......
    Sampai saat ini memang belum pernah mendapatkan alasan jelas kenapa harus diesel engine yang diutamakan dibanding gasoline engine untuk memasuki hazardous area.

    Berikut ulasan perbedaan mesin diesel (compresion ignited) dan mesin bensin (spark ignited) mungkin bisa membantu kita menyimpulkan apakah keputusan tersebut sudah tepat.

    1. Fuel
    Flamable range, gasoline: 1.4 - 7.6, diesel fuel: 0.6 - 7.5
    Flash point, gasoline: -43 deg C/ -45 deg F, diesel fuel: 62 deg C/ 144 deg F
    Jika mengacu hanya pada dua parameter diatas, ternyata gasoline lebih mudah terbakar dibanding diesel fuel, walau diesel fuel flamable rangenya lebih rendah sedikit.

    2. Fuel system
    Fuel pressure, Gasoline engine; carburator= 30 PSI, direct injection = 2500 PSI
    Diesel engine; injection pump= 2500 PSI, common rail= 25000PSI
    Mengacu parameter diatas diesel engine jauh lebih berbahaya dibanding Gasoline engine bila terjadi kebocoran pada high pressure fuel system yang mengenai bagian engine yang panas (exhaust manifold, turbcharger housing, exhaust pipe.

    3. Engine speed control system
    Gasoline: Carburator= pedal mengatur flapper
    Injection= pedal dan ECU mengatur injector
    Diesel: Konvensional= pedal dan governor mengatur injection pump
    Common rail= pedal dan ECU mengatur injector
    Pada diesel engine jika terjadi kerusakan pada governor maka ada kemungkinan engine akan overspeed dan tidak terkontrol dan engine tidak akan mati walaupun ignation key sudah di posisikan ke off. Berbeda dengan gasoline engine, seandainya terjadi kerusakan pada engine speed control maka engine akan mati jika ignation key diposisikn ke off karena tidak ada lagi supply listrik ke busi.
    Dalam hal ini diesel engine jauh berbahaya dibanding gasoline engine.

    4. Ignation system
    Gasoline engine: memakai listrik tegangan tinggi (>10000V) salama engine running untuk menyalakan spark plug.
    Diesel engine: menngunakan 12 atau 24V untuk menyalakan glow plug hanya pada saat start.
    Disini jelas gasoline engine jauh berbahaya terutama jika terjadi kebocoran pada kabel dan komponen tegangan tinggi.

    5. Operation at gaseous atmosphere
    Gasoline engine: engine dapat dimatikan dengan jalan mematikan ignition key jika speed tidak terkontrol akibat gas masuk ke cylinder melalui air filter
    Diesel engine: engine tidak dapat dimatikan lewat ignition key jika gas masuk ke cylinder melalui air filter kecuali pada engine yang dilengkapi safety device tertentu.
    Kesimpulannya, diesel engine jauh berbahaya jika beroperasi di gaseous atmosphere dibanding gasoline engine.

    5. Starting and charging system.
    Tidak ada perbedaan antara gasoline dan diesel engine untuk sub system ini.

    6. Exhaust pipe
    Gasoline engine: dikarenakan gasoline tidak banyak mengandung sulfur yang akan mengakibatkan terjadinya endapan karbon
    Diesel engine: karena diesel fuel banyak mengandung sulfur yang jika terbakar akan menjadi endapan karbon mulai dari ruang bakar sampai exhaust pipe. Endapan karbon ini sewaktu-waktu akan keluar dari exhaust pipe dalam bentuk bara api
    Kesimpulannya pada diesel engine lebih berbahaya beroperasi di hazardous area karena sewaktu-waktu dapat mengeluarkan bara api dari exhaust pipe

    7.Cooling fan
    Tidak ada perbedaan antara gasoline dan diesel engine, umumnya engine keluaran terakhir sudah memakai non sparking material

    8. Peralatan listrik lainnya
    Tidak ada perbedaan pada gasoline dan diesel engine

    Dari ulasan diatas mudah-mudahan dapat menjawab pertanyaan kenapa diesel engine dipilih untuk operasi di hazardous area atau malah menimbulkan pertanyaan baru, kenapa ya kok dipilih diesel engine?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

DOWNLOAD BUKU: THE TRUTH IS OUT THERE KARYA CAHYO HARDO

  Buku ini adalah kumpulan kisah pengalaman seorang pekerja lapangan di bidang Migas Ditujukan untuk kawan-kawan para pekerja lapangan dan para sarjana teknik yang baru bertugas sebagai Insinyur Proses di lapangan. Pengantar Penulis Saya masih teringat ketika lulus dari jurusan Teknik Kimia dan langsung berhadapan dengan dunia nyata (pabrik minyak dan gas) dan tergagap-gagap dalam menghadapi problem di lapangan yang menuntut persyaratan dari seorang insinyur proses dalam memahami suatu permasalahan dengan cepat, dan terkadang butuh kecerdikan – yang sanggup menjembatani antara teori pendidikan tinggi dan dunia nyata (=dunia kerja). Semakin lama bekerja di front line operation – dalam hal troubleshooting – semakin memperkaya kita dalam memahami permasalahan-permasalahan proses berikutnya. Menurut hemat saya, masalah-masalah troubleshooting proses di lapangan seringkali adalah masalah yang sederhana, namun terkadang menjadi ruwet karena tidak tahu harus dari mana memulainya. Hal tersebut

Apa itu HSE ?

HSE adalah singkatan dari Health, Safety, Environment. HSE merupakan salah satu bagian dari manajemen sebuah perusahaan. Ada manejemen keuangan, manajemen sdm, dan juga ada Manajemen HSE. Di perusahaan, manajemen HSE biasanya dipimpin oleh seorang manajer HSE, yang bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan seluruh program HSE. Program  HSE disesuaikan dengan tingkat resiko dari masing-masing bidang pekerjaan. Misal HSE Konstruksi akan beda dengan HSE Pertambangan dan akan beda pula dengan HSE Migas . Pembahasan - Administrator Migas Bermula dari pertanyaan Sdr. Andri Jaswin (non-member) kepada Administrator Milis mengenai HSE. Saya jawab secara singkat kemudian di-cc-kan ke Moderator KBK HSE dan QMS untuk penjelasan yang lebih detail. Karena yang menjawab via japri adalah Moderator KBK, maka tentu sayang kalau dilewatkan oleh anggota milis semuanya. Untuk itu saya forward ke Milis Migas Indonesia. Selain itu, keanggotaan Sdr. Andry telah saya setujui sehingga disk

Penggunaan Hydrostatic Test & Pneumatic Test

Pneumatic test dengan udara (compressed air) bukan jaminan bahwa setelah test nggak ada uap air di internal pipa, kecuali dipasang air dryer dulu sebelum compressed air dipake untuk ngetest.. Supaya hasilnya lebih "kering", kami lebih memilih menggunakan N2 untuk pneumatic test.. Tanya - Cak Ipin  Yth rekan-rekan milis Saat ini saya bekerja di power plant project, ditempat saya bekerja ada kasus tentang pemilihan pressure test yang akan digunakan pada pipa Instrument, Pihak kontraktor hanya melakukan hydrostatic test sedangkan fluida yg akan digunakan saat beroperasi adalah udara dimana udara tersebut harus kering atau tidak boleh terkontaminasi dengan air, pertanyaan saya : 1. Apakah boleh dilakukan hydrostatic test pada Instrument air pipe?? 2. Jika memang pneumatic test berbahaya, berapa batasan pressure untuk pneumatic test yg diijinkan?? Mohon pencerahan dari para senior, terima kasih. Tanggapan 1 - Apriadi Bunga Cak Ipin, Sepanjang yang saya tahu, pneum