Skip to main content

Catamaran Floatover

Pemilihan metode floatover jg memperhitungkan aspek competitiveness harga dan kesetaraan dari contractor2 instalasi yg ikut tender.
Dgn berat topside sprt yg dijelaskan dibawah (mis.beratnya 2500t), jika metode instalasi topside yg dipilih dgn lifting maka efeknya banyak contractor kecil/menengah yg hanya punya crane barge dengan capacity lifting terbatas tidak bs ikut tender dan hanya contractor2 besar saja yg punya crane barge dengan capacity lifting besar yg bs ikut. Dan harga sewa crane barge besar pun bs sangat mahal.
Nah jika metode floatover yg dipilih, baik contractor besar atau contractor kecil sama2 punya peluang untuk memenangkan tender dan tentunya harga jadi lebih competitive.


Tanya - Gamayoga gama_ocean@oe.its


Bapak-bapak/mas2, apa ada yang pernah mengerjakan ataupun menemui kasus instalasi deck menggunakan metode floatover dengan 2 barge?
mohon penjelasannya mengenai kasus tersebut.
apa dapat d analisa menggunakan Moses mengenai motion dan stabilitasnya. apabila diperkenankan, perusahaan mana yang pernah menangani kasus serupa dan dalam project apa.

Terimakasih


Tanggapan 1 - Henry Margatama


Setahu saya project terakhir yg paling berat di install menggunakan metoda float over adalah "Sakhalin Project" dgn berat 27,000 MT di Rusia. Dan proses instalasinya pun hanya menggunakan 1 barge. Pertanyaannya kenapa proses installasi harus dilakukan dengan menggunakan 2 buah barge?


Tanggapan 2 - Gamayoga


Sebenarnya terdapat 2 kasus, yang pertama adalah installasi deck pada struktur jacket. jacket tersebut tidak dapat dimasuki oleh barge yang ada, sehingga dibutuhkan cara lain untuk installasi. namun untuk kasus ini mungkin lebih efektif bila menggunakan tambahan kantilever untuk membawa deck dan melakukan Float over.

kasus kedua adalah installasi deck yang cukup besar pada struktur spar. dan mungkin yang paling sesuai untuk installasi adalah dengan menggunakan metode flot over dengan 2 barge.

terimakasih



Tanggapan 3 - Aria Baskara


sy pernah baca article ini bbrp waktu yg lalu.... from one of this magazine: "offshore" or "offshore magazine", coba di-googling atau di-bing mas...


Tanggapan 4 - Jeremia, Jerry (Jakarta) @ WorleyParsons


Rekan Gama dan rekan2 milist migas,

Kita bahas secara garis besarnya terlebih dahulu.

Proses instalasi deck/topside dengan menggunakan metoda floatover memiliki alasan/pertimbangan tertentu antara lain:

Crane Capacity
Berat deck/topside kurang dari 2500T (mungkin saat ini sudah ada crane yang memiliki kapasitas angkat sd 4000T) dapat diinstall dengan menggunakan metode lifting.
Berat deck/topside yang melebihi kapasitas crane dapat diinstall dengan menggunakan metode floatover.
Very Shallow Area/Swampy Area
Karena kedalaman yang perairan yang dangkal; heavy lifting vessel - derrick barge yang biasanya memiliki draft besar tidak dapat memasuki perairan tsb.


Mengenai macam metoda floatovernya ada beberapa macam antara lain:

Self float over
Menggunakan satu buah barge.
Barge menginstall deck dengan cara memasuki jacket melalui bagian dalam.
Deck float over
Menggunakan dua buah barge
Barge menginstall deck dengan cara melalui bagian luar dari jacket/hull tersebut.


Dalam mendesain jacket (structure) agar metode 1 bisa diterapkan; kita perlu memperhatikan dimensi barge, terutama lebar dan draft barge yang akan mengangkut topside – parameter ini akan menentukan dimensi jacket secara keseluruhan. Parameter-parameter lainnya yang tentunya perlu dipertimbangkan pada kedua metode floatover ini adalah:

Ocean parameter (water depth-tide-lat-hat)
Matting analysis (analisa kekuatan stuktur dalam mengantisipasi besaran-besaran gaya (impact) yang mungkin terjadi seperti tumbukan kapal ke jacket, transfer beban topside ke jacket dsb - selama proses float over berlangsung) yang meliputi kondisi2 sbb:
Docking condition – pada saat barge entering jacket
Engagement (First Contact) – pada saat satu atau dua buah kaki dari deck/topside sudah mulai duduk di jacket.
Engagement (Intermediate Contact). – pada saat seluruh kaki dari deck/topside sudah mulai duduk di jacket.
Undocking Analysis – pada saat seluruh kaki dari deck/topside sudah duduk di jacket dan barge menuju keluar.
Requirement dari LMU (leg matting unit), DSF (deck support frame) dan DSU (deck support unit) – komponen2 ini (LMU dan DSU) memang optional bisa saja installasi dilakukan tanpa menggunakan komponen2 tsb (hanya menggunakan stabbing guide seperti proses installasi jacket pada umumnya dengan metode lifting). Komponen-komponen tsb efektif untuk meredam besaran gaya (impact force) pada saat transfer beban deck/topside ke jacket – prinsip kerjanya kurang lebih sama dengan shock cell pada boat landing dsb.


Sementara untuk barge sendiri hal2 yang perlu diperhatikan adalah:

Metode Ballasting
Pergerakan/barge motion (heave, pitch, roll dsb) – mengintroduce force/reaction based on barge motion untuk analisa struktur pada saat transportasi.
Hull design – dalam penentuan lokasi penempatan DSF (deck support frame)


Untuk kasus2 tertentu seperti jacket yang memang tidak di-design untuk installasi dengan metode floatover pada awalnya/karena ada pertimbangan lain, sementara deck/topside harus diinstall secara floatover adalah dengan menggunakan metode double barge atau kantilever. Metode kantilever ini pernah diterapkan di indonesia untuk memindahkan deck/topside ke lokasi lain.

Untuk metode analisa saya akan ulas japri ke rekan Gama.

Sekian dulu.

Terima kasih.


Tanggapan 5 - johan noviansyah

Wah ulasannya bagus Mas Jerry...terima kasih

tambahan sedikit untuk pemilihan metode floatover dari sisi tender/commercial.
Menurut saya, pemilihan metode floatover jg memperhitungkan aspek competitiveness harga dan kesetaraan dari contractor2 instalasi yg ikut tender.
Dgn berat topside sprt yg dijelaskan dibawah (mis.beratnya 2500t), jika metode instalasi topside yg dipilih dgn lifting maka efeknya banyak contractor kecil/menengah yg hanya punya crane barge dengan capacity lifting terbatas tidak bs ikut tender dan hanya contractor2 besar saja yg punya crane barge dengan capacity lifting besar yg bs ikut. Dan harga sewa crane barge besar pun bs sangat mahal.
Nah jika metode floatover yg dipilih, baik contractor besar atau contractor kecil sama2 punya peluang untuk memenangkan tender dan tentunya harga jadi lebih competitive. Cmiiw.

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD BUKU: THE TRUTH IS OUT THERE KARYA CAHYO HARDO

  Buku ini adalah kumpulan kisah pengalaman seorang pekerja lapangan di bidang Migas Ditujukan untuk kawan-kawan para pekerja lapangan dan para sarjana teknik yang baru bertugas sebagai Insinyur Proses di lapangan. Pengantar Penulis Saya masih teringat ketika lulus dari jurusan Teknik Kimia dan langsung berhadapan dengan dunia nyata (pabrik minyak dan gas) dan tergagap-gagap dalam menghadapi problem di lapangan yang menuntut persyaratan dari seorang insinyur proses dalam memahami suatu permasalahan dengan cepat, dan terkadang butuh kecerdikan – yang sanggup menjembatani antara teori pendidikan tinggi dan dunia nyata (=dunia kerja). Semakin lama bekerja di front line operation – dalam hal troubleshooting – semakin memperkaya kita dalam memahami permasalahan-permasalahan proses berikutnya. Menurut hemat saya, masalah-masalah troubleshooting proses di lapangan seringkali adalah masalah yang sederhana, namun terkadang menjadi ruwet karena tidak tahu harus dari mana memulainya. Hal tersebut

Apa itu HSE ?

HSE adalah singkatan dari Health, Safety, Environment. HSE merupakan salah satu bagian dari manajemen sebuah perusahaan. Ada manejemen keuangan, manajemen sdm, dan juga ada Manajemen HSE. Di perusahaan, manajemen HSE biasanya dipimpin oleh seorang manajer HSE, yang bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan seluruh program HSE. Program  HSE disesuaikan dengan tingkat resiko dari masing-masing bidang pekerjaan. Misal HSE Konstruksi akan beda dengan HSE Pertambangan dan akan beda pula dengan HSE Migas . Pembahasan - Administrator Migas Bermula dari pertanyaan Sdr. Andri Jaswin (non-member) kepada Administrator Milis mengenai HSE. Saya jawab secara singkat kemudian di-cc-kan ke Moderator KBK HSE dan QMS untuk penjelasan yang lebih detail. Karena yang menjawab via japri adalah Moderator KBK, maka tentu sayang kalau dilewatkan oleh anggota milis semuanya. Untuk itu saya forward ke Milis Migas Indonesia. Selain itu, keanggotaan Sdr. Andry telah saya setujui sehingga disk

Penggunaan Hydrostatic Test & Pneumatic Test

Pneumatic test dengan udara (compressed air) bukan jaminan bahwa setelah test nggak ada uap air di internal pipa, kecuali dipasang air dryer dulu sebelum compressed air dipake untuk ngetest.. Supaya hasilnya lebih "kering", kami lebih memilih menggunakan N2 untuk pneumatic test.. Tanya - Cak Ipin  Yth rekan-rekan milis Saat ini saya bekerja di power plant project, ditempat saya bekerja ada kasus tentang pemilihan pressure test yang akan digunakan pada pipa Instrument, Pihak kontraktor hanya melakukan hydrostatic test sedangkan fluida yg akan digunakan saat beroperasi adalah udara dimana udara tersebut harus kering atau tidak boleh terkontaminasi dengan air, pertanyaan saya : 1. Apakah boleh dilakukan hydrostatic test pada Instrument air pipe?? 2. Jika memang pneumatic test berbahaya, berapa batasan pressure untuk pneumatic test yg diijinkan?? Mohon pencerahan dari para senior, terima kasih. Tanggapan 1 - Apriadi Bunga Cak Ipin, Sepanjang yang saya tahu, pneum