Skip to main content

Corriolis Mass Flowmeter

USM maupun electromagnetic flow meter merupakan velocity meter – yakni mengukur kecepatan dan setelah kecepatan diperoleh maka actual volume dapat dengan mudah dihitung.

Karena yang diukur adalah velocity maka membutuhkan kondisi flow profile tertentu (fully developed turbulent) agar velocity yang diukur pada suatu area mewakili seluruh luasan pipa.

Sedangkan pada coriolis meter - karena yang diukur adalah massa, maka tidak sensitip terhadap flow profile.


Tanya - Arif Zaini


Rekan-rekan,

Beberapa waktu terakhir ini saya mendapatkan pertanyaan di seputar corriolis mass flowmeter. Kali ini pertanyaannya sudah di luar pengetahuan saya tentang flow meter type ini, karenanya mohon ahlinya bisa membantu di forum ini atau pun via japri. Pertanyaannya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah prinsip kerja dari corriolis dalam mengukur massa?
Perbandingannya dengan flow meter type lainnya, baik yang mekanikal (PD meter), ultrasonic maupun electromagnetic?
2. Sejauh pengetahuan saya, bahwa mas flowmeter menghitung dulu linear velocity, kemudian dikalikan dengan luas penampang pipanya baru dikalikan dengan density fluida. Apakah urutan cara berpikir seperti ini juga berlaku bagi corriolis?
3. Bahwa prinsip corriolis menggunakan turunan dari perhitungan moment dari gaya sentripetal dan centrifugal dari fluida (tolong dikoreksi kalau kurang tepat), apakah turunan dari persamaan F= m.a dengan arah gaya sentrifugal maupun sentripetal yang mempengaruhi a, sehingga massa yang terhitung dari hasil gaya yang dideteksi (sensor) oleh corriolis sebagai intensitas getaran tube itu tidak lagi membutuhkan densitas fluida dalam pengukuran corriolis? Mohon masukannya.
4. Kalau ada data densitas yang dimunculkan dalam transmitter corriolis meter, apakah itu hasil dari turunan perhitungan massanya atau memang corriolis bisa digunakan dalam menghitung densitas fluida?
5. Coriolis tentu bukan alat yang "super power" dalam mengukur massa, adakah batas minimum dan maksimum flow yang bisa di"tangani" oleh coriolis?
Apakah rule of tumb 1/20 juga berlaku dalam range pengukuran?
6. Kalau fluida bentuknya gas, apakah coriolis akan punya kemampuan setara jika menggunakan fluida cair, baik pengukuran massa maupun densitas?

Saya mohon maaf kalau pertanyaannya terlalu banyak dan panjang. Saya berharap bisa menjadi diskusi yang menarik dan akan banyak masukan baru bagi saya, terutama untuk menjawab pertanyaan kolega saya.

Atas masukkannya saya sampaikan terima kasih.



Tanggapan 1 - Novrendi Saragih



Pak Arif,

Ini ada link yang cukup bagus menjelaskan cara kerja pengukuran flow rate dan density (dengan prinsip corriolis):

http://www.emersonprocess.com/micromotion/tutor/default.html

Semoga membantu.



Tanggapan 2 - Wisnu Purwanto


Link yang diberikan oleh bpk Novrendi saragih cukup jelas menjawab prinsip coriolis meter.

USM maupun electromagnetic flow meter merupakan velocity meter – yakni mengukur kecepatan dan setelah kecepatan diperoleh maka actual volume dapat dengan mudah dihitung.

Karena yang diukur adalah velocity maka membutuhkan kondisi flow profile tertentu (fully developed turbulent) agar velocity yang diukur pada suatu area mewakili seluruh luasan pipa.

Sedangkan pada coriolis meter - karena yang diukur adalah massa, maka tidak sensitip terhadap flow profile.

Informasi lebih detail - sekaligus menjawab pertanyaan pak Ramli; saya akan segera mengirimkan training material mengenai metering system (awareness level) yang saya berikan untuk seluruh operator dan graduate trainee diperusahaan saya. Ukurannya cukup besar sehingga akan saya modify dulu dan dikirim ke pak Budhi.

Tidak ada superduper meter; coriolis meter juga memiliki keterbatasan operating envelope maupun turndown ratio. Manufacturer memiliki software untuk menghitung uncertainty pada flowrate tertentu. Bisa saja coriolis meter dipaksa untuk memberikan turndown ratio 50 : 1, tetapi uncertaintynya harus kompromi.

Coriolis meter dapat pula digunakan untuk gas, bahkan untuk fiscal application. Namun karena density gas jauh lebih kecil dari liquid maka membutuhkan sensitivitas yang lebih tinggi dan uncertainty maupun turndown ratio nya lebih terbatas disbanding untuk liquid.

Untuk aplikasi gas anda bias mengacu ke AGA 11. Karena pengukuran density untuk gas tidak terlalu akurat, maka untuk pengukuran volumetric custody transfer hendaknya menggunakan dedicated densitometer terpisah, misalnya Sarasota atau solartron (sekarang sudah dibeli oleh micromotion).

Diperusahaan saya bekerja - coriolis meter direcomendasikan baik untuk gas maupun liquid; termasuk untuk aplikasi fiscal jika dijinkan oleh legal metrology.

Namun ukuran yang tersedia masih terbatas, paling besar 12".


Tanggapan 3 - Ramli Kadir


Pak Wisnu

Terima kasih atas pencerahannya,meskipun saya tidak sedetail dan seteknis dgn pak novrendi dan pak arif zaini, namun sangat membantu wawasan saya untuk memilih metering jenis ini, karena selama ini semua proyek saya di gas pipeline (BOT) selalu memakai orifice metering dan turbine meter.

Untuk kasus kapasitas gas 50 mmscfd dengan pressure rata2 250 psig dengan pipeline 16" menuju ke gas compressor lalu ke gas turbine (620 psig),mengapa harus menggunakan USM, apa boleh orifice saja bahkan turbine meter?. karena dari sisi investasi tentunya saya cenderung memilih yg lebih murah dan tentunya tetap handal.

Terima kasih atas masukannya


Tanggapan 4 - Wisnu Purwanto


Pak Ramli,

Saya berasumsi sebagai juragan gas pertanyaan anda menyangkut gas meter untuk custody transfer maupun operasional. Setahu saya, USM, Orifice meter, turbine meter, coriolis meter ataupun diapraghm bisa digunakan untuk custody transfer tentunya Jika disetujui oleh kedua belah pihak dan authority - dimana umumnya dinyatakan dalam addendum teknik suatu gas agreement.
Diaddendum tersebut biasanya (hendaknya) disebutkan uncertainty budget dari metering system yang digunakan; dan tentunya uncertainty budget ini harus realistic. Sangat tidak realistic misalnya menghendaki uncertainty pengukuran energy +/- 1% untuk supply gas ke industry kecil atau menengah. Namun juga kebangetan jika custody transfer gas metering system kapasitas 1000 mmscfd tidak dilengkapi densito meter dan atau GC dan atau automatic sampler sehingga memberikan uncertainty volume yang jelek sekali.

Orifice meter jika didisain dengan baik juga bisa memberikan system uncertainty yang sangat baik, bahkan bisa kurang dari 1%.

USM jika aplikasinya tidak pas, dan tidak didisain dengan baik akan memberikan uncertainty yang jelek atau bahkan tidak berfungsi sama sekali.

Untuk kapasitas kecil, tekanan rendah, dry gas, maka akan lebih cocok pakai turbine meter dari pada USM. Bahkan untuk residential biasa juga dipakai diapraghm meter.

Harga USM multipath 16" memang relative tinggi, namun dual chamber orifice fitting (jika turndown ratio nya cukup tinggi) 16" berikut honing meter tubes juga tidak murah. Turbine meter mungkin lebih ekonomis, namun perlu dipertimbangkan pula O&M + downtime + yearly calibration kalau untuk custody transfer application. Turbine meter umumnya membutuhkan upstream solid/liquid protection filtration (filter/coalescer).

Pemilihan alat ukur yang tepat hendaknya mempertimbangkan total cost of ownership sekaligus risk yang ditimbulkan oleh uncertainty budget. Jika setelah dihitung dengan cermat, orifice meter memang pilihan terbaik, kenapa tidak.


Tanggapan 5 - Ramli Kadir


Betul Pak Wisnu, saya juga berpikir untuk menyediakan Gas Chromatograph, tapi saya tidak menjual energi (MMBTU) tapi dibayar berdasarkan MMSCFD yg lewat, jadi seharusnya urusan Gross Heating Value (GHV) bukan konsen pihak saya.

....Jadi semakin mengalir saja berdiskusi kl dgn ahlinye metering, tapi untuk tidak mengganggu milister lainnya, baiknya kita lanjutkan di japri pak.

Terima kasih pak wisnu untuk waktu dan sharing ilmunya.

Comments

  1. Laksana Angga Widoto

    Selamat sore, saya mahasiswa tingkat akhir program diploma III metrologi dan instrumentasi. Berdasarkan literatur yang saya baca, terdapat beberapa tipe Mass Flowmeter, diantaranya Radiation - Type Mass Flowmeter, Angular Momentum - Type Mass Flowmeter, Impeller - Turbine Mass Flowmeter, Constant Torque - Hysteresis Clutch Mass Flowmeter, Twin Turbine Mass Flowmeter, Classic Coriolis Mass Flowmeter, dan Gyroscopic - Mass Flowmeter. Kebanyakan literatur yang saya miliki terkait mass flowmeter berbahasa Inggris. Saya mengalami kesulitas memahami prinsip kerja, kelebihan dan kekurangan, serta aplikasi instrumen yang bersangkutan, meskipun telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Mohon bantuannya untuk penjelasan dan link yang bisa membantu. Terima kasih.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

DOWNLOAD BUKU: THE TRUTH IS OUT THERE KARYA CAHYO HARDO

  Buku ini adalah kumpulan kisah pengalaman seorang pekerja lapangan di bidang Migas Ditujukan untuk kawan-kawan para pekerja lapangan dan para sarjana teknik yang baru bertugas sebagai Insinyur Proses di lapangan. Pengantar Penulis Saya masih teringat ketika lulus dari jurusan Teknik Kimia dan langsung berhadapan dengan dunia nyata (pabrik minyak dan gas) dan tergagap-gagap dalam menghadapi problem di lapangan yang menuntut persyaratan dari seorang insinyur proses dalam memahami suatu permasalahan dengan cepat, dan terkadang butuh kecerdikan – yang sanggup menjembatani antara teori pendidikan tinggi dan dunia nyata (=dunia kerja). Semakin lama bekerja di front line operation – dalam hal troubleshooting – semakin memperkaya kita dalam memahami permasalahan-permasalahan proses berikutnya. Menurut hemat saya, masalah-masalah troubleshooting proses di lapangan seringkali adalah masalah yang sederhana, namun terkadang menjadi ruwet karena tidak tahu harus dari mana memulainya. Hal tersebut

Apa itu HSE ?

HSE adalah singkatan dari Health, Safety, Environment. HSE merupakan salah satu bagian dari manajemen sebuah perusahaan. Ada manejemen keuangan, manajemen sdm, dan juga ada Manajemen HSE. Di perusahaan, manajemen HSE biasanya dipimpin oleh seorang manajer HSE, yang bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan seluruh program HSE. Program  HSE disesuaikan dengan tingkat resiko dari masing-masing bidang pekerjaan. Misal HSE Konstruksi akan beda dengan HSE Pertambangan dan akan beda pula dengan HSE Migas . Pembahasan - Administrator Migas Bermula dari pertanyaan Sdr. Andri Jaswin (non-member) kepada Administrator Milis mengenai HSE. Saya jawab secara singkat kemudian di-cc-kan ke Moderator KBK HSE dan QMS untuk penjelasan yang lebih detail. Karena yang menjawab via japri adalah Moderator KBK, maka tentu sayang kalau dilewatkan oleh anggota milis semuanya. Untuk itu saya forward ke Milis Migas Indonesia. Selain itu, keanggotaan Sdr. Andry telah saya setujui sehingga disk

Penggunaan Hydrostatic Test & Pneumatic Test

Pneumatic test dengan udara (compressed air) bukan jaminan bahwa setelah test nggak ada uap air di internal pipa, kecuali dipasang air dryer dulu sebelum compressed air dipake untuk ngetest.. Supaya hasilnya lebih "kering", kami lebih memilih menggunakan N2 untuk pneumatic test.. Tanya - Cak Ipin  Yth rekan-rekan milis Saat ini saya bekerja di power plant project, ditempat saya bekerja ada kasus tentang pemilihan pressure test yang akan digunakan pada pipa Instrument, Pihak kontraktor hanya melakukan hydrostatic test sedangkan fluida yg akan digunakan saat beroperasi adalah udara dimana udara tersebut harus kering atau tidak boleh terkontaminasi dengan air, pertanyaan saya : 1. Apakah boleh dilakukan hydrostatic test pada Instrument air pipe?? 2. Jika memang pneumatic test berbahaya, berapa batasan pressure untuk pneumatic test yg diijinkan?? Mohon pencerahan dari para senior, terima kasih. Tanggapan 1 - Apriadi Bunga Cak Ipin, Sepanjang yang saya tahu, pneum