Skip to main content

KWH Meter

Konstanta Ratio mutlak dibutuhkan pada meter yang menggunakan CT dan/atau PT. Konstanta tersebut diperlukan untuk kalkulasi perhitungan internal di Meter, karena output data / pembacaan yang ditampilkan adalah data di sisi primer.

Dalam hal suatu meter sudah di fix-kan ratio-nya (dalam kasus Bapak ratio arus 400/5), maka untuk hasil pembacaan yang benar haruslah menggunakan CT dengan ratio yang sama; jika ratio-nya tidak sama, hasil tampilan di meter akan salah tentunya.


Tanya - marga.budiwijaya@tde.alstom


Dear all,
Saya memiliki sedikit persoalan teknis nih....bilamana ada diantara rekan-rekan yang tahu solusi dari persoalan ini,mohon kiranya mau sharring ilmunya dengan saya yang masih sangat ijo ini. to the poin yah....
permasalahannya begini, saat ini saya sedang mendesain LV panel sebuah enclosure hubung bagi. yang didalamnya terdapat beberapa meter dan relay proteksi.saat saya akan mulai mewiring KWH meter (merk: schlumberger, type:A6A11, two rate). saya terkejut dengan adanya rating current 400//5A, yg tertulis dalam tag-plate yg terpampang pada interface KWH meter tersebut. karena hal inilah saya ragu untuk menginstalnya, karena ratio CT yang terpasang saat ini adalah 1200-600//5-5A (double ratio). padahal setahu saya, untuk menginstal KWH meter ataupun meter2 lain, tidak bergantung pada ratio primer dari CT/PT yang dipakai.melainkan bergantung pada ratio sekundernya saja, yg mana dalam ratio sekunder sendiri masih juga dibagi dengan 2 ratio yang sama namun beda class, yang biasa dipakai sebagai acuan untuk membedakan fungsi sekunder CT mana yg dipakai untuk proteksi dan mana yg dipakai untuk metering. nah...kurang lebihnya begitu permasalahannya. pertanyaannya, apakah masih layak bila saya tetap menginstall KWH meter tersebut (dg rating 400//5A) pada CT dg ratio 1200-600//5-5A??adakah pengaruh yang bisa berakibat fatal nanti bila saya tetap menginstallnya dg kondisi yang demikian??


Tanggapan 1 - erwin.guci@petrosea

To P` Marga B, salam kenal............sama saya..sebab saya pemakai ALSTOM Product dan pernah beli product tersebut, Kayak nya kalau tetap di instal sih gak apa apa asal out put dari Primer CT tidak melebihi 400 A waktu terjadi overload, tapi ini sifat nya temporari....dan jangan di gunakan untuk beban motor motor industri yang beban nya naik turun dan hidup mati.......................tapi kalau Panel tersebut akan di jual nah ini akan menjadi masalah besar sebab client kamu pasti tidak suka akan hal ini, sebab ini akan muncul di komponent list yang akan kamu attached sebagai kelengkapan panel tersebut dan berakibat menjatuhkan nama perusahaan anda, jadi saran nya kalau untuk di jual lebih baik cari CT yang perbandingan nya sesuai dengan KWH meter atau cari KWH meter yang sesuai dengan Primer CT nya.ya tinggal pilih lah.......................................Safety  First......Okay..??


Maaf ya tidak terlalu teknis sebab nanti terlalu panjang......semoga ada manfaat nya


Tanggapan 2 - M. Harisman - Integra Teknik


Konstanta Ratio mutlak dibutuhkan pada meter yang menggunakan CT dan/atau PT. Konstanta tersebut diperlukan untuk kalkulasi perhitungan internal di Meter, karena output data / pembacaan yang ditampilkan adalah data di sisi primer.

Dalam hal suatu meter sudah di fix-kan ratio-nya (dalam kasus Bapak ratio arus 400/5), maka untuk hasil pembacaan yang benar haruslah menggunakan CT dengan ratio yang sama; jika ratio-nya tidak sama, hasil tampilan di meter akan salah tentunya.

Dari sisi safety instalasi, sama sekali tidak akan ada masalah, karena meter-nya hanya akan menerima arus aktual 0 - 5 A (sisi sekunder CT). Yang bermasalah cuma hasil pembacaan di meter saja.


Tanggapan 3 - b.syako@ptsofresid


Sebenarnya lebih tepat hubungannya ke "akurasi" bukan "safety". Akurasi dari alat ukur yg menggunakan proses induksi listrik akan terganggu ketelitiannya bila terjadi saturasi magnet. Kwh meter 400/5A, itu berarti dia didesign untuk mengukur arus sampai 400A, di atas 400A akan mengalami saturasi sehingga pengukurannya tidak teliti. Idealnya CT yg di pakai juga harus 400/5A. Tapi kalau CT yg dipakai 600-1200/5-5A juga tidak menyebabkan kerusakan apa2. Apabila CT tsb di tap di 600A berarti CT tsb akan mengalami saturasi bila arus mengalir diatas 600A, dan arus sekundernya tetap 5A terus, padahal primernya sudah diatas 600A, sehingga tidak terukur lagi actualnya. Ingat yg diukur oleh kwh adalah arus sekundernya (5A). kwh meter mengukur arus bersama dengan tegangan dan dikonversikan menjadi kWh.


Tanggapan 4 - erwin.guci@petrosea


Setau saya ...jika kenaikan arus di busbar..akan menaikan arus di CT.dan atomatis arus di CT akan naik......dan ini akan mempengaruhi kopel ke KWH...jika arus yang di izinkan 5 A dengan input 400 A otomatis akan berubah jika input nya 600 A dan sekunder nya akan 7.5 A....nah bisa di lihat di kwh meter ada interaksi arus dan tegangan, dan ini akan membuat overload di Gulungan ( Coil ) Piringan KWH ( Jika Konvensional )....dan saya pernah  mengalami nya .KWH meter itu Demage ( Cover Glass nya Pecah dan piringannya terbakar ).......jadi ini saya persembahkan sebagai pengalaman pribadi dan sedikit analisa.....tetapi jika ada rekan rekan yang mau mencoba.............nya dengan analisa yang lebih sederhana silahkan..........selamat .Mencoba  dan semoga berhasil..........usahakan jangan bekerja di flamable area  atau combustible area ............Cuma saran..?!



Tanggapan 5 - marga.budiwijaya@tde.alstom


Terimakasih sebelumnya atas respon rekan-rekan sekalian. memang pada dasarnya yang paling saya ragukan dalam kasus ini adalah factor akurasi pengukurannya saja. seperti halnya penjelasan bapak Berlian Syako. dalam hal ini pengukuran dari sisi sekunder CT/pun PT, adalah pengukuran melalui hasil konversi dari sisi primer, yang notabene adalah keadaan aktual jaringan yang diukur. memang untuk KWH itu sendiri, setahu saya ada 2 jenis ratio yang dipakai. ratio yang pertama adalah universal ratio, dalam hal ini yang diutamakan adalah konversi sisi sekundernya. bisa 5A atau 1A, tergantung ratio sekunder CT yang dipakai. ratio yang kedua adalah fixed ratio, dalam hal ini selain konversi sekundernya yang utama, besaran aktual pada sisi primer juga harus diperhatikan. sedangkan KWH dalam kasus ini adalah KWH jenis fixed ratio, dg ratio KWH 400/5A,yang idealnya diinstall menggunakan CT dengan ratio yang sama, 400//5A juga. kalaupun tidak demikian, maka harus kita tetapkan faktor koreksi(k) dari pembacaan data hasil pengukuran. jika tidak, maka pembacaan data hasil pengukuran yang kita dapat, akan salah (seperti pendapat bapak Harisman). adapun dalam kasus berbedanya ratio primer antara CT dan KWH, yang berdampak pada hasil pengukuran, meski konversi disisi sekundernya sama-sama 5A untuk CT/pun KWH. dapat dibayangkan arti 5A(sisi sekunder) itu sendiri bagi masing masing instrumen. pada CT 5A akan diperoleh dari hasil konversi arus aktual 600A (posisi tap pada sisi primer=600A). sedangkan pada KWH sendiri, 5A akan dibaca sebagai hasil konversi dari arus actual 400A. sehingga perbedaan ini, akan berpengaruh pada proses induksi magnet yang terjadi pada KWH. dimana pada saat arus sekunder CT=5A, proses induksi magnet yang seharusnya terjadi adalah 600A, namun berhubung ratio KWH hanya 400A, maka daya hasil pengukuran yang didapat adalah hasil dari pengalian tegangan terhadap arus aktual yg terukur KWH yakni 400A. sehingga besar daya dari hasil pengukuranpun akan berbeda (lebih kecil), jika disbanding dengan besar daya aktualnya. berikutnya adalah faktor koreksi.... mungkin pemberian factor koreksi (k) yang berbanding lurus dengan besar daya hasil pengukuran,dapat dijadikan solusi dalam kasus seperti ini. seperti misal, kita ambil perbandingan terbalik dari daya aktual pada CT terhadap KWH (600:400=1.5), sehingga daya aktualnya =daya terukur x k(1.5). mungkinkah hal ini diterapkan???mengingat juga arus aktual pada system diproteksi untuk arus 600A, sesuai dengan tap primer CTnya. sehingga tidak mungkin terjadi saturasi karena melebihi arus maksimum pada CT itu sendiri. kalau masalah safety sendiri saya juga belum 'ngeh' dimana hubungannya ;) cukup sekian dulu tanggapan saya, kalaupun ada yang salah mohon dibenarkan....hehehe.... terimakasih semua...


Tanggapan 6 - marga.budiwijaya@tde.alstom


waaah...menariiik ;) dari kasus bapak, mungkin saja terjadi bila terdapat ketidak samaan antara
arus sekunder CT yang diinputkan pada KWH, dengan ratio arus input pada KWH. misal dalam hal ini ratio sekunder pada KWH .../1A, diberi input arus dari CT dengan ratio .../5A. memang saat arus input masih <1A, KWH masih aman2 saja.namun saat 1A<sedikit....waah...bisa jadi kemungkinan terjadinya resiko damage pada KWH, karena overload. namun akan berbeda kasusnya bila ratio CT sekunder sama dengan ratio KWH (1A atau 5A). karena hal ini tidak ada beda yang signifikan pada sisi sekunder, jika dibanding dengan sisi primer. jika misal sisi sekunder CT 600/5A terukur arus 5A, maka arus aktualnya adalah 600A (arus pada busbar/jaringan). beda dengan KWH dengan ratio 400/5A, bila arus input yang masuk adalah 5A, besar pengukuran KWH adalah hasil dari konversi arus aktual 400A (sedangkan pada busbar 600A). nah...mungkin ini yang jadi alasan kenapa tidak direkomendasikan untuk hal yang demikian ini. selain itu, damage dapat juga dikarenakan kesalahan wiring, sehingga berakibat induksi  pada coil tidak sempurna. bagaimanapun...terimakasih atas peringatannya mas....


Tanggapan 7 - b.syako@ptsofresid


CT: 1200-600/5-5A yg dipakai oleh sdr.Marga tsb masih bisa dipakai. Apabila di tap di 600A dan arus primernya 600A maka sekundernya 5A bukan 7.5A, Kwh meter hanya melihat arus sekundernya yg 5A tsb. Tapi karena kwh meter yg dipakai sdr.Marga tsb di design pada ratio 400/5A maka keakurasiannya saja yg terganggu, tidak bahaya ke instalasinya. Sedangkan kasus nya sdr.Erwin, itu bisa jadi kwh meter nya rusak karena CT nya dipasang untuk beban yg melebihi rating CT nya. Misalnya CT 600/5A dipasang pada beban yg jauh diatas 600A tentunya rusak kWH meter nya.

Untuk sdr.Marga masih bisa pakai CT tsb siapa tau client nya gak tau, tapi kalo client nya tau yah mufakat lah sama client, cincai2 lah, kan gak bahaya ke instalasi, paling akurasinya bisa terganggu sedikit kalo arus beban melebihi 400A. Tapi kalau saya inspectornya awas akan saya rijek, he..he..


Tanggapan 8 - catur.janhari@petrosea


MEnambahkan sedikit, CT 600/5 A bisa digunakan tapi ketika order CT , rating faktornya jangan 1 tapi 1.2, 1.5 atau 2, tergantung dana yang tersedia dan kemampuan dari alat yang digunakan untuk arus yang diperbolehkan.  ( bukan KWH nya ).

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD BUKU: THE TRUTH IS OUT THERE KARYA CAHYO HARDO

  Buku ini adalah kumpulan kisah pengalaman seorang pekerja lapangan di bidang Migas Ditujukan untuk kawan-kawan para pekerja lapangan dan para sarjana teknik yang baru bertugas sebagai Insinyur Proses di lapangan. Pengantar Penulis Saya masih teringat ketika lulus dari jurusan Teknik Kimia dan langsung berhadapan dengan dunia nyata (pabrik minyak dan gas) dan tergagap-gagap dalam menghadapi problem di lapangan yang menuntut persyaratan dari seorang insinyur proses dalam memahami suatu permasalahan dengan cepat, dan terkadang butuh kecerdikan – yang sanggup menjembatani antara teori pendidikan tinggi dan dunia nyata (=dunia kerja). Semakin lama bekerja di front line operation – dalam hal troubleshooting – semakin memperkaya kita dalam memahami permasalahan-permasalahan proses berikutnya. Menurut hemat saya, masalah-masalah troubleshooting proses di lapangan seringkali adalah masalah yang sederhana, namun terkadang menjadi ruwet karena tidak tahu harus dari mana memulainya. Hal tersebut

Apa itu HSE ?

HSE adalah singkatan dari Health, Safety, Environment. HSE merupakan salah satu bagian dari manajemen sebuah perusahaan. Ada manejemen keuangan, manajemen sdm, dan juga ada Manajemen HSE. Di perusahaan, manajemen HSE biasanya dipimpin oleh seorang manajer HSE, yang bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan seluruh program HSE. Program  HSE disesuaikan dengan tingkat resiko dari masing-masing bidang pekerjaan. Misal HSE Konstruksi akan beda dengan HSE Pertambangan dan akan beda pula dengan HSE Migas . Pembahasan - Administrator Migas Bermula dari pertanyaan Sdr. Andri Jaswin (non-member) kepada Administrator Milis mengenai HSE. Saya jawab secara singkat kemudian di-cc-kan ke Moderator KBK HSE dan QMS untuk penjelasan yang lebih detail. Karena yang menjawab via japri adalah Moderator KBK, maka tentu sayang kalau dilewatkan oleh anggota milis semuanya. Untuk itu saya forward ke Milis Migas Indonesia. Selain itu, keanggotaan Sdr. Andry telah saya setujui sehingga disk

Penggunaan Hydrostatic Test & Pneumatic Test

Pneumatic test dengan udara (compressed air) bukan jaminan bahwa setelah test nggak ada uap air di internal pipa, kecuali dipasang air dryer dulu sebelum compressed air dipake untuk ngetest.. Supaya hasilnya lebih "kering", kami lebih memilih menggunakan N2 untuk pneumatic test.. Tanya - Cak Ipin  Yth rekan-rekan milis Saat ini saya bekerja di power plant project, ditempat saya bekerja ada kasus tentang pemilihan pressure test yang akan digunakan pada pipa Instrument, Pihak kontraktor hanya melakukan hydrostatic test sedangkan fluida yg akan digunakan saat beroperasi adalah udara dimana udara tersebut harus kering atau tidak boleh terkontaminasi dengan air, pertanyaan saya : 1. Apakah boleh dilakukan hydrostatic test pada Instrument air pipe?? 2. Jika memang pneumatic test berbahaya, berapa batasan pressure untuk pneumatic test yg diijinkan?? Mohon pencerahan dari para senior, terima kasih. Tanggapan 1 - Apriadi Bunga Cak Ipin, Sepanjang yang saya tahu, pneum