Skip to main content

Level Instrument

Untuk menentukan jenis level Instrument, ada beberapa yang perlu dipertimbangkan sbb:
1. kita harus mengcheck data process/ aplikasi (termasuk temp, press, jenis liquid etc...) yang ada didalam tanki tsb.
2. Jenis Tanki apakah open tank atau closed tank (untuk menentukan jenis instrument yang akan dipasang)
3. Tinggi tanki dan lebar tanki, ini juga harus di check untuk menentukan tinggi set point (HH, H, L, LL)dari instrument nantinya, selain itu dari Lebar tanki tsb. kita jadi tahu apakah type Radar cocok atau tidaknya, karena masing2 Vendor Radar mempunyai keterbatasan mengenai Lebar Tanki ini.
4. Data pengukuran dari tanki apakah perlu dikirim signalnya (4-20 mA) ke PLC/ DCS, jika perlu berarti harus pasang jenis Level Transmitter.
5. Apakah Level tsb. perlu interlock signal Digital ke pompa untuk Start/ Stop Pompa tsb. jika ya... kita bisa pilih Level Switch.
6. Jika tidak perlu data pengukurannya dikirim ke PLC/ DCS cukup pilih dengan jenis instrument Level Gauge saja sehingga biaya bisa lebih murah.


Tanya - Hanendra nendra@kelsri

DH,
Perkenalkan nama saya Iyan,
saya mau tanya gimana menentukan level instrument untuk sebuah tangki atau vessel,  seperti kita ketahui level instrument, ada berbagai jenis:
magnetic level, displacer level, D/P level, radar level, dan Ultrasonic level

Terima kasih


Tanggapan 1 - Nugroho Wibisono (weby)

Pak Iyan,

Pertanyaannya pendek tapi jawabannya bisa sangat panjang pak karena bergantung pada:
- Jenis service fluid-nya (liquid, foam, slurry, powdery solid, etc)
- Aspek perawatannya (non-contact sensor, mounting position)
- Aplikasi (atmospheric vessel, pressurized vessel, etc)
- Keberadaan sumber tenaga (electric, pneumatic)
- dlsb
Referensi yang cukup komprehensif bisa anda dapatkan di buku "Process Measurement & Analysis" karangan Bela G. Liptak di sub bagian Level Measurement.

Secara keekonomisan, anda juga harus menggali informasi kepada vendor instrumentasi mulai dari harganya, biaya perawatan (peralatan yg dibutuhkan untuk kalibrasi, kemudahan perawatan), spare part, dll.

Semoga membantu.


Tanggapan 2 - priyo_a_s


Pak Iyan,

Memang lebih baik di-buat lebih detail dulu pertanyaannya, sehingga bisa dibuat lebih singkat jawabannya, namun lebih spesifik.

Juga level instrument itu kan ada banyak jenis :
- level gauge
- level switch
- level transmitter
Nah, Pak Iyan ingin menggunakan jenis yang mana ?

Juga untuk pemilihan level transmitter, perlu dilihat fasilitas komunikasinya, apakah dia support HART, BRAIN, ato SFC, etc, supaya bisa kompatibel dengan transmitter lainnya.

Pak Weby,
Dalam imel ini, saya juga ingin meminta pencerahan, bisa kan ?
Kok saya baru denger ada level instrument yang sumber tenaganya dengan pneumatic ?


Tanggapan 3 - Nugroho Wibisono (weby)


Helo Priyo,

Apa kabar? Saya dulu sempat ngurusin instrumentasi berbasis pneumatik (beberapa ada yg elektronik tapi tidak banyak jumlahnya), jadi familiarnya dengan yg pneumatik. Kebetulan - dan tidak bermaksud promosi lho - salah satu produk yang saya sering urusi itu Level-Trol seri 2500 dari Fisher-Rosemount. Sepertinya itu level transmitter berbasis pneumatik ya?
Thanks.


Tanggapan 4 - Taufiq Firmansyah@rekayasa


Pak Iyan,

Aspek keekonomisan seperti yang disampaikan Oom Weby memang harus dipertimbangkan masak-masak sesuai dengan pertimbangan pemakaiannya. Apakah transmitter (measured variables sampai ke control room)  diperlukan ataukah cukup dengan field/local indication. Level Instrument ini range harganya sangat lebar,  sekitar $50-$500 untuk local indication dengan pengukuran berbasis differential pressure dan bisa mencapai $40,000-an untuk sebuah complete automated tank gauging (ATG) system (1 tanki), dimana komponen terbesarnya ada pada software tank management system (beserta PC-nya) dan 1 ea servo/radar level transmitter.

Dari uraian pak Iyan, level instrument ini akan digunakan untuk tanki atau vessel. Jika tanki tersebut digunakan untuk penyimpanan produk atau bahan baku yang bernilai ekonomis tinggi, mis.crude oil ataupun refinery product dan ada  beberapa tanki yang ingin dimonitor sekaligus, mungkin penggunaan ATG system bisa dijustifikasi mengingat akurasinya  yang tinggi (bisa mencapai < 1mm). Bisa dibayangkan kerugian yang terjadi akibat kesalahan pembacaan pada tanki  crude oil sebesar 5mm dengan internal diameter 90m adalah senilai:

(5mm)x3.14x0.25(90m)^2x(0.001m/mm)x(6.29bbl/m3)x(USD60/bbl) ?
USD12,000,-

Apalagi kalau jumlah segitu terakumulasi dalam jangka waktu yang lama. Maka uang yang diinvestasikan untuk ATG system yang mahal tadi tentu menjadi tidak signifikan dibanding dengan potential losses yang mungkin terjadi.

Konsultasi dengan beberapa vendor akan sangat membantu kalau punya waktu cukup. Biasanya tiap vendor akan berusaha  me-leverage keunggulan product lines-nya terhadap product-line kompetior yang lain. Vendor yang kuat dalam hal DP transmitter tentu akan menganjurkan untuk mengganti displacer-type transmitter dengan DP transmitter yg mempunyai kelebihan:  lower maintenance cost, no moving part, same accuracy seperti pada artikel ("Simplifying <http://www.yokogawa.com/iab/doing150/iab-doing-002-field-en.htm> Tank Level Measurement") berikut.
Hal ini tentu sah-sah saja asalkan klaim tersebut memang benar bisa dipenuhi. Pada akhirnya user-lah yang harus jeli memilah-milah opsi yang ada sesuai kebutuhannya.

Kurang lebih begitu, my two cents. CMIIW


Tanggapan 5 - hadi surachman


Dear Pak Iyan,

Untuk Menentukan Level Instrument yang diinginkan pada sebuah Tangki di sesuaikan dengan application yang terdapat didalamnya, Untuk displacer Level saat ini sudah dapat digantikan dengan mengunakan Radar Level product dari Rosemount, sedangkan Radar level sendiri terdapat yang contacting radar dan yang non contacting.


Tanggapan 6 - Chepy Permana

Sebagai tambahan saja,
untuk menentukan jenis level Instrument, ada beberapa yang perlu dipertimbangkan sbb:
1. kita harus mengcheck data process/ aplikasi (termasuk temp, press, jenis liquid etc...) yang ada didalam tanki tsb.
2. Jenis Tanki apakah open tank atau closed tank (untuk menentukan jenis instrument yang akan dipasang)
3. Tinggi tanki dan lebar tanki, ini juga harus di check untuk menentukan tinggi set point (HH, H, L, LL)dari instrument nantinya, selain itu dari Lebar tanki tsb. kita jadi tahu apakah type Radar cocok atau tidaknya, karena masing2 Vendor Radar mempunyai keterbatasan mengenai Lebar Tanki ini.
4. Data pengukuran dari tanki apakah perlu dikirim signalnya (4-20 mA) ke PLC/ DCS, jika perlu berarti harus pasang jenis Level Transmitter.
5. Apakah Level tsb. perlu interlock signal Digital ke pompa untuk Start/ Stop Pompa tsb. jika ya... kita bisa pilih Level Switch.
6. Jika tidak perlu data pengukurannya dikirim ke PLC/ DCS cukup pilih dengan jenis instrument Level Gauge saja sehingga biaya bisa lebih murah.

Supaya lebih safe ada baiknya level Instrument untuk operational dan shutdown/ emegency cases sebaiknya dipisahkan supaya tidak menggangu jalannya process, sehingga bila salah satu level tsb. ada masalah yang unpredictable tidak mempengaruhi level yang lain.
hanya saja memang secara cost akan lebih mahal tapi plant jadi lebih aman.

Comments

  1. Cara menentukan level instrument pada sebuah tangki/ fessel menurut saya sebagai berikut :

    1. Pelajari terlebih dahulu dimensi tangki, karakteristik dari fluida tersebut misalnya densitynya berapa, pressure normal-max-min, temperature normal-max-min, korosif atau tidak, dielectrik fluida, konductivity fluida, termasuk flammable atau tidak.

    2. Tentukan tipe level tersebut. Apakah menggunakan Differential level transmitter, Level gauge, atau radar bertipe kapasitif dan sebagainya. Penentuan tipe ini harus diputuskan jenis outputnya, apakah 4-20mA atau local gauge saja, tergantung kebutuhan.

    3. Tentukan connectionnya, mountingnya bagaimana.

    Mungkin ada yang menambahkan atau mengoreksi. terimakasih

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

DOWNLOAD BUKU: THE TRUTH IS OUT THERE KARYA CAHYO HARDO

  Buku ini adalah kumpulan kisah pengalaman seorang pekerja lapangan di bidang Migas Ditujukan untuk kawan-kawan para pekerja lapangan dan para sarjana teknik yang baru bertugas sebagai Insinyur Proses di lapangan. Pengantar Penulis Saya masih teringat ketika lulus dari jurusan Teknik Kimia dan langsung berhadapan dengan dunia nyata (pabrik minyak dan gas) dan tergagap-gagap dalam menghadapi problem di lapangan yang menuntut persyaratan dari seorang insinyur proses dalam memahami suatu permasalahan dengan cepat, dan terkadang butuh kecerdikan – yang sanggup menjembatani antara teori pendidikan tinggi dan dunia nyata (=dunia kerja). Semakin lama bekerja di front line operation – dalam hal troubleshooting – semakin memperkaya kita dalam memahami permasalahan-permasalahan proses berikutnya. Menurut hemat saya, masalah-masalah troubleshooting proses di lapangan seringkali adalah masalah yang sederhana, namun terkadang menjadi ruwet karena tidak tahu harus dari mana memulainya. Hal tersebut

Leak Off Test

Prinsipnya LOT (leak off test) dilakukan untuk menentukan tekanan dimana formasi mulai rekah. Tujuannya: 1. Menentukan MASP (Max. Allowable Surface Pressure). Yaitu batasan max surface pressure yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 2. Dengan mengetahui MASP, berarti juga kita bisa mengetahui Max. mud weight yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 3. Menentukan Kick Tolerance. Yaitu maximum kick size yg masih bisa kita tolerir untuk dihandle. Parameter ini nantinya juga berperan untuk menentukan depth casing shoe yang aman dari sudut pandang well control issue. 4. Mengecek kualitas sealing antara cement dengan casing Tanya - BGP HSESupv. BGP.HSESupv@petrochina Dear all Saat masih di rig dulu saya sering mendengar istilah leak off test. dimana step2nya kira kira sebagai berikut 1. Cementing Job 2. TSK ,masuk string dan bor kurang lebih 3 meter dibawah shoe. 3. dilakukan

Apa itu HSE ?

HSE adalah singkatan dari Health, Safety, Environment. HSE merupakan salah satu bagian dari manajemen sebuah perusahaan. Ada manejemen keuangan, manajemen sdm, dan juga ada Manajemen HSE. Di perusahaan, manajemen HSE biasanya dipimpin oleh seorang manajer HSE, yang bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan seluruh program HSE. Program  HSE disesuaikan dengan tingkat resiko dari masing-masing bidang pekerjaan. Misal HSE Konstruksi akan beda dengan HSE Pertambangan dan akan beda pula dengan HSE Migas . Pembahasan - Administrator Migas Bermula dari pertanyaan Sdr. Andri Jaswin (non-member) kepada Administrator Milis mengenai HSE. Saya jawab secara singkat kemudian di-cc-kan ke Moderator KBK HSE dan QMS untuk penjelasan yang lebih detail. Karena yang menjawab via japri adalah Moderator KBK, maka tentu sayang kalau dilewatkan oleh anggota milis semuanya. Untuk itu saya forward ke Milis Migas Indonesia. Selain itu, keanggotaan Sdr. Andry telah saya setujui sehingga disk