Skip to main content

MTBF (Mean Time Between Failures) & MTTF (Mean Time To Repair)

"MTBF merupakan Jarak Rata-rata antar kerusakan, rumusnya adalah :

MTBF = Kurun Waktu dibagi dengan Jumlah Kerusakan yang terjadi

Sedangkan MTTR merupakan Waktu Rata-rata yang dibutuhkan untuk reparasi, rumusnya adalah :

MTTR = Jumlah waktu reparasi dibagi dengan Jumlah reparasi.

Yang diharapkan adalah meningkatkan MTBF & menurunkan MTTR."



Tanya - Manik manik@kotaminyak

Rekan Migas,

Mohon penerangan cara perhitungan MTBF (mean time between failures) & MTTF (mean time to repair).


Tanggapan 1 - Wilis Wirawan ww@sarana-ahli


Dear Pak Manik,

Saya coba untuk membantu Bapak.

Misalkan kita memiliki data historis sebuah mesin sebagai berikut:
a.. Hari ke 0 s.d ke 100: up-time
b.. Hari ke 100 s.d ke 107: down-time
c.. Hari ke 107 s.d 197: up-time
d.. Hari ke 197 s.d 200: down-time
e.. Hari ke 200 s.d 290: up-time
f.. Har ke 290 s.d 291: down-time
g.. Hari ke 291 s.d 390: up-time

Dari data di atas diperoleh jumlah kejadian up-time adalah 4. Lama up-time total = 100 + 90 + 90 + 99 = 379 hari. Mean Time Between Failures (MTBF) = (lama uptime total)/(jumlah kegagalan) = 379/4 = 94.75 hari.

Formula untuk menghitung Mean Time to Fail (MTTF) sama dengan MTBF. Bedanya terletak pada penggunaannya. MTBF untuk item yang bisa di-repair, sedangkan MTTF untuk item yang tidak di-repair seperti bearing dan transistor.

Formula MTBF tersebut di atas hanya untuk estimasi saja. Formula tersebut hanya berlaku bila diasumsikan laju kegagalannya konstan. Bila diinginkan perhitungan yang lebih tepat dapat menggunakan grafik Weibull.

Kita lanjutkan ke perhitungan Mean Down Time (MDT) dan Mean Time to Repair (MTTR). Dari data di atas, dapat dihitung jumlah kejadian down-time adalah 3. Lama down-time total = 7 + 3 + 1 = 11 hari. MDT = (lama down-time total)/(jumlah down-time) = 11/3 = 3.67 hari.

Beberapa literatur membedakan antara MDT dan MTTR, karena down-time tidak sama dengan repair-time. MTTR = (lama repair-time total)/(jumlah repair).

Semoga bisa membantu. CMIIW


Tanggapan 2 - A Rofiudin rofi@sulfindo

Sebetulnya yang ditanyakan itu MTTR apa MTTF, kalau MTTF malah saya baru tahu, tahunya sih baru MTBF dan MTTR dan itu yang sering dijadikan target.

Maksud beda penggunaan antara MTBF dan MTTF (MTTR?) itu bagaimana? satu untuk yang bisa di repair (MTBF) dan satunya untuk yang tidak bisa direpair (MTTF) seperti pada bearing dan transistor.
Itu kalau bapak menghitung part, bagaimana dengan kalau menghitung equipment (pompa misalnya) kan MTTR dan MTBF sama-sama digunakan (sama penggunaannya), karena kita tidak melihat part semacam bearing yang tidak bisa direpair, tetapi kita menentukan waktu rata-rata dari perbaikan sejenis equipment atau bahkan berbagai jenis equipment.

Kalau menurut saya untuk part semacam bearing dan transistor ya ikutnya lifetime (ya MTTF itu kali). tidak usah menggunakan MTTF (MTTR?).


Tanggapan 3 - Wilis Wirawan ww@sarana-ahli


Dear Pak Rofidun,

Mungkin subject e-mail ini salah ketik ya, yaitu: tertulis MTTF (Mean Time to Repair). Mungkin maksud Pak Manik (penanya) adalah MTTR (Mean Time to Repair).

Istilah MTTF (Mean Time to Fail) saya jumpai di buku "Reliability, Maintainability, and Risk" karya David J. Smith. Di situ disebutkan formula MTBF sama dengan MTTF, namun beda pemakaiannya. MTTF untuk item yang tidak di-repair (seperti bearing dan transistor), sedang MTBF untuk item yang di-repair.

Saya sependapat dengan Pak Rofiudin tentang penggunanan parameter MTBF dan MTTR pompa. Data MTBF ada yang mengacu ke equipment (misal generator, pompa, dsb), namun ada juga yang mengacu ke komponen (bearing, kapasitor, dsb). Tergantung penggunanya, mau menganalisis equipment atau komponen.

Semoga bermanfaat


Tanggapan 4 - Syahril Dian Purwono


Dear Saudara Manik,

MTBF merupakan Jarak Rata-rata antar kerusakan, rumusnya adalah :

MTBF = Kurun Waktu dibagi dengan Jumlah Kerusakan yang terjadi

Sedangkan MTTR merupakan Waktu Rata-rata yang dibutuhkan untuk reparasi, rumusnya adalah :

MTTR = Jumlah waktu reparasi dibagi dengan Jumlah reparasi.

Yang diharapkan adalah meningkatkan MTBF & menurunkan MTTR.



Tanggapan 5 - Manik manik@kotaminyak


Dear Pak Syahril,

Bagaimana menentukan MTBF dan MTTF dari suatu alat di awal project jika client minta MTBF dan MTTF di cantumkan, padahal barang itu sendiri belum dibuat dan beroperasi.

Apakah MTBF dan MTTF specification dari Fabricator?



Tanggapan 6 - A Rofiudin rofi@sulfindo


Kok aneh sih pak, ini kan kerjaannya orang maintenance setelah alat itu di operasikan, ini kan data suatu alat, alias yang sudah di alami. kalau baru proyek ya estimasi saja kali, tapi ini tetap aneh,

Maaf kalau saya salah,-


Tanggapan 7 - Wilis Wirawan ww@sarana-ahli


Pak Manik,

Data MTBF (Mean Time Between Failure) dapat diperoleh dari pembuat mesin atau komponen, karena pembuat mesin/komponen tentunya sudah punya data yang cukup untuk menentukan MTBF. Selain dari pembuat mesin/komponen, MTBF juga bisa diperoleh dari bank data. Bank data ini memuat laju kegagalan (failure rate) dari bermacam-macam komponen atau jenis mesin. Berdasarkan data failure rate ini dapat diperoleh nilai MTBF. Namun, biasanya bank data ini berlaku umum sehingga nilai MTBF yang diperoleh bisa jadi berbeda jauh dengan kenyataan di lapangan.

Semoga membantu.



Tanggapan 8 - essam amar essamar68



Pak Manik,
Dengan diketahui MTTF dan MTBF dari suatu peralatan maka bisa disiapkan sparepart dari peralatan tersebut. Dengan diketahui sparepart yang harus disediakan maka budgetingnya untuk pemeliharan lebih gampang dianggarkan tidak hanya main kira-kira.
Biasanya vendor mempunyai data-data MTTF dan MTBF dari peralatan tersebut.
Contohnya untuk suatu plant mengunakan PLC yang terdiri dari beberapa i/o, power supply cpu dll dengan mengetahui MTTF dan MTBF dari peralatan nya kita bisa perkirakan berapa i/o card, cpu dll yang harus disediakan. Karena nggak mungkin kita baru beli peralatan tersebut setelah card tersebut rusak sehingga plant tersebut berhenti beroperasi
Semoga membantu


Tanggapan 9 - Hayyi Syaiful Bahri


ikut rembuk pembahasan pak,

kalau kita berbicara mengenai MTBF berarti kita berbicara mengenai Reliability (keandalan) suatu alat.
Nah, jika harus menentukan MTBF alat lebih baik Reliabilitnya yg ditentukan. Jika alat tersebut masih baru bisa dikatakan keandalannya (Reliability) masih tinggi, anggap saja minimal 95% per bulan atau 100% per bulan.

lebih jelasnya saya lampirkan jurnal Reliability dan semoga bisa membantu


Tanggapan 10 - Edi Triono edi.triono@philips


Dear Mas Manik,

Sedikit penjelasan:

Untuk MTBF (mean time between failures): waktu rata-rata kegagalan/breakdown dari suatu mesin, dihitung dari mesin pertama kali  install / setelah perbaikan sampai terjadinya kegagalan / breakdown lagi.  Rumus sederhananya: MTBF = Waktu (lamanya ) mesin running / frekuensi  terjadinya breakdown selama kurun waktu tersebut

MTTR (mean time to repair) : waktu rata-rata yang diperlukan untuk  melakukan perbaikan terhadap terjadinya breakdown suatu mesin.  Rumus sederhananya: MTTR = Jumlah total waktu (jam/menit/detik) breakdown  (waktu untuk perbaikan) / frekuensi terjadinya breakdown


Tanggapan 11 - Budhi, Swastioko (Singgar Mulia)


Saya sertakan 2 attachment kiriman dari Mas Hayyi :
1. Reliability Importance of Components in a Complex System
2. Reliability Model for High voltage Synchronous Machines

Comments

  1. JIka dalam 1 kurun waktu tertentu downtime = 0. NIlai MTTR dan MTBF bagaimana pak?? terimakasih

    ReplyDelete
  2. Saya kira tidak mungkin 0, Karena semua mesin memiliki umur part maupun mesinnya. Jika ingin umurnya panjang kita harus melakukan perawatan secara periodical atau berkala.

    ReplyDelete
  3. tolong jelaskan hubungan MTTR, MTBF terhadap perhitungan Reliability dan Availability ! tks

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

DOWNLOAD BUKU: THE TRUTH IS OUT THERE KARYA CAHYO HARDO

  Buku ini adalah kumpulan kisah pengalaman seorang pekerja lapangan di bidang Migas Ditujukan untuk kawan-kawan para pekerja lapangan dan para sarjana teknik yang baru bertugas sebagai Insinyur Proses di lapangan. Pengantar Penulis Saya masih teringat ketika lulus dari jurusan Teknik Kimia dan langsung berhadapan dengan dunia nyata (pabrik minyak dan gas) dan tergagap-gagap dalam menghadapi problem di lapangan yang menuntut persyaratan dari seorang insinyur proses dalam memahami suatu permasalahan dengan cepat, dan terkadang butuh kecerdikan – yang sanggup menjembatani antara teori pendidikan tinggi dan dunia nyata (=dunia kerja). Semakin lama bekerja di front line operation – dalam hal troubleshooting – semakin memperkaya kita dalam memahami permasalahan-permasalahan proses berikutnya. Menurut hemat saya, masalah-masalah troubleshooting proses di lapangan seringkali adalah masalah yang sederhana, namun terkadang menjadi ruwet karena tidak tahu harus dari mana memulainya. Hal ters...

Leak Off Test

Prinsipnya LOT (leak off test) dilakukan untuk menentukan tekanan dimana formasi mulai rekah. Tujuannya: 1. Menentukan MASP (Max. Allowable Surface Pressure). Yaitu batasan max surface pressure yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 2. Dengan mengetahui MASP, berarti juga kita bisa mengetahui Max. mud weight yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 3. Menentukan Kick Tolerance. Yaitu maximum kick size yg masih bisa kita tolerir untuk dihandle. Parameter ini nantinya juga berperan untuk menentukan depth casing shoe yang aman dari sudut pandang well control issue. 4. Mengecek kualitas sealing antara cement dengan casing Tanya - BGP HSESupv. BGP.HSESupv@petrochina Dear all Saat masih di rig dulu saya sering mendengar istilah leak off test. dimana step2nya kira kira sebagai berikut 1. Cementing Job 2. TSK ,masuk string dan bor kurang lebih 3 meter dibawah shoe. 3. dilakukan ...

Shutdown System

Apa yang membedakan antara PSD dan ESD? Secara umum keduanya berfungsi "membawa" sistem pemroses ke "keadaan yang lebih aman". Namun secara spesifik PSD lebih ditujukan kepada sebab sebab Process Specific seperti: Overpressure di bagian hilir kompressor, temperatur tinggi di heater untuk fuel gas, level yang terlau rendah di slug catcher, dst. Sementara ESD lebih ditujukan untuk menanggulangi dampak dari suatu kejadian yang sudah terjadi: misalnya gas yang telah bocor, kebakaran kecil di technical room, kebocoran minyak di pipeline, dst. Kedua jenis shutdown ini dapat pula dipicu oleh spurious trip atau gagalnya sistem shutdown tanpa sebab sebab yang diketahui dengan jelas. lebih rendah levelnya dari PSD ialah USD, atau Unit shutdown. Perlu dicamkan penamaan bisa berbeda beda antar company, misalnya ada yang menyebutnya sebagai ESD1, ESD2, ESD3 dan seterusnya, ada yang menyebutkannya sebagai ESD, PSD, USD dan seterusnya. Tidak penting, yang penting pahami betul fi...