Skip to main content

Foundation Fieldbus - Input dan Deliverables

Saat ini saya sedang persiapan untuk proyek yang melibatkan foundation fieldbus +/- 360 devices.
Berdasarkan pengalaman rekan-rekan, input apa yang harus diberikan EPC kepada vendor instrument dan vendor control system (tidak fully field control system) serta deliverable apa yang bisa kita peroleh dari kedua vendor tersebut?


Tanya - Yanoor Yusackarim

Dear Rekans,

Saat ini saya sedang persiapan untuk proyek yang melibatkan foundation fieldbus +/- 360 devices.
Berdasarkan pengalaman rekan-rekan, input apa yang harus diberikan EPC kepada vendor instrument dan vendor control system (tidak fully field control system) serta deliverable apa yang bisa kita peroleh dari kedua vendor tersebut?

Terima kasih atas sharingnya sebelumnya.

Tanggapan 1 - Rachmadi Indrapraja

Dear Mr. Yusackarim,

This concern basically to the contracts between EPC Contractor and both vendors. As far as i know, in general EPC Contractors should supply Process Flow Diagram and Piping & Instrumentation Diagram. The other documents are related with safety instrumented functions derived from HAZOPS, LOPA, and SIL Studies. In details, EPC Contractors also usually prepare requisition documents that comprise informations, such as : site conditions, referred standards, referred drawings, etc.

May this email could give additional infos for you.


Tanggapan 2 - boris indrapraja

Dear Mas Yanoor,

Berdasarkan pengalaman saya, biasanya EPC akan memberikan beberapa dokumen seperti spesifikasi kontrol sistem, P&ID dan I/O list kemudian vendor control system akan memberikan deliverables seperti Functional Design Specification (FDS), Technical Manual of Equipment, Panel Layout Drawing, Panel Wiring Diagram, Interconnection Wiring Diagram dan System Block Diagram.


Tanggapan 3 - Farid Prihatman


Dear Bapak2,

Menyambung pertanyaan Bpk Yanoor, Bila kita menentukan jumlah I/O di system konvensional, biasa nya  I/O kita kelompokkan menjadi DI module, DO Module, AI Module, AO Module, Thermo couple module, dll, Bila kita menggunakan system Profibus, pengelompokan nya bagaimana.  Mungkin ada yg bisa share, atau bisa attached contoh kasus nya.


Tanggapan 4 - boris indrapraja
Dear Pak Farid,

Sama saja Pak, hanya saja lebih detil saja pengelompokkannya mana yang input fieldbus, mana yang input konvensional (jika ada). Misalnya untuk AI, mana yang AI fieldbus dan mana yang AI konvensional. Begitu juga untuk AO, DI dan DO.


Tanggapan 5 - gusti04

Dear,
Hanya menambahkan saja, yang paling penting adalah dokumen wiring connection, karena dokumen ini sudah secara langsung menggambarkan koneksi-koneksi wiring yang ada.

Tanggapan 6 - Yanoor Yusackarim

Halo Kawans,

Lama tidak bersua..
Saya agak tidak setuju kalau IO Fieldbus-nya diperlakukan sama dengan IO konvensional.
Berdasarkan hasil googling dan diskusi di milis tetangga, ada EPC melakukan treatment seperti di bawah.
Perlu dicatat, hanya 2 wire untuk 1 segment (ringkih?) yang dikirimkan ke equipment room padahal bisa multiple device dan multiple variable per device di 2 wire itu. Selain itu, ksekusinya dijalankan di segment bukan di controller DCS atau PLC.
Jadi EPC tersebut melakukan pengelompokan berdasarkan,
1. Resiko
    - Jika kegagalan aktuator akan menyebabkan proses upset langsung, batasi hanya 1 valve aktuator dan transmitter yang bersangkutan di 1 segment.
    - Jika kegagalan aktuator bisa menyebabkan proses upset tidak langsung, 2 aktuator dapat disimpan di 1 segment.
    - Jika hanya monitoring, bisa hingga 12 device per segment.
2. Waktu eksekusi
    - Monitoring, hingga 12 device per segment
    - Loop yang membutuhkan eksekusi 1 sec, hingga 8 device per segment
    - Loop yang membutuhkan eksekusi 500ms, 4 - 8 device per segment
    - Loop yang membutuhkan eksekusi 250ms, hingga 3 device per segment dengan maksimal 1 aktuator.


Pelajaran yang diambil; perhitungan engineering bisa berbeda dengan orang proposal (biasanya pukul rata 12 device per segment) setelah dilakukan pengelompokan berdasarkan lokasi device, resiko dan waktu eksekusi ternyata perlu tambah kabinet di equipment room karena penambahan fieldbus interface yang ukurannya ternyata besar (dan mahal).


Sharing saja, mudah-mudahan semakin banyak yang sharing untuk kemajuan engineering Indonesia juga.


Tanggapan 7 - boris indrapraja


Dear Rekans,

Pada teknologi fieldbus, fungsi kontrol dapat didistribusikan ke field device. Hal ini dimungkinkan karena selain memiliki function block di mikroprosesor nya, field device juga kemampuan untuk berkomunikasi cepat dan terpercaya satu sama lain melalui bus. Controller/CPU lebih berfungsi sebagai linking device yaitu meneruskan data antar FF-H1 segment dan meneruskan data dari FF-H1 ke network diatasnya (FF-HSE) atau sebaliknya. Oleh karena itu, perlu diperhatikan penempatan field device. Sebaiknya, device2 yang berada pada loop yang sama ditempatkan pada segment yang sama pula. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika terjadi fail pada Controller/CPU. Ketika Controller/CPU fail dan selama segment tersebut masih mendapat power maka fungsi kontrol masih berjalan. Lain halnya jika device tersebut, misal transmitter, berada pada segment yang berbeda. Ketika Controller/CPU fail maka fungsi link antar segment juga terputus akibatnya data dari transmitter tidak dapat dikirimkan ke aktuator yang berada pada segment yang lain.

Mengenai berapa jumlah device pada 1 segment, hal ini berhubungan dengan scan time dan voltage drop. Sebagai ilustrasi saja:
- Only Tank level Monitoring, no time constraints: 16 Devices
- Control loops, no time constraints: 12 Devices
- Control loops with light supervision, 1sec control scan time: 10 Devices
- Control loops with heavy supervision, 1sec control scan time: 8 Devices
- Critical Loops, : 2-3 Devices (Belonging to the same loop)
- Fast Loops, < 300ms control scan time: 2-3 Devices
- Extremely Fast Loops, <100ms control scan time (Ex. Anti-Surge Control): Not for Fieldbus, nor any digital devices.

Mudah2an bermanfaat.

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD BUKU: THE TRUTH IS OUT THERE KARYA CAHYO HARDO

  Buku ini adalah kumpulan kisah pengalaman seorang pekerja lapangan di bidang Migas Ditujukan untuk kawan-kawan para pekerja lapangan dan para sarjana teknik yang baru bertugas sebagai Insinyur Proses di lapangan. Pengantar Penulis Saya masih teringat ketika lulus dari jurusan Teknik Kimia dan langsung berhadapan dengan dunia nyata (pabrik minyak dan gas) dan tergagap-gagap dalam menghadapi problem di lapangan yang menuntut persyaratan dari seorang insinyur proses dalam memahami suatu permasalahan dengan cepat, dan terkadang butuh kecerdikan – yang sanggup menjembatani antara teori pendidikan tinggi dan dunia nyata (=dunia kerja). Semakin lama bekerja di front line operation – dalam hal troubleshooting – semakin memperkaya kita dalam memahami permasalahan-permasalahan proses berikutnya. Menurut hemat saya, masalah-masalah troubleshooting proses di lapangan seringkali adalah masalah yang sederhana, namun terkadang menjadi ruwet karena tidak tahu harus dari mana memulainya. Hal tersebut

Apa itu HSE ?

HSE adalah singkatan dari Health, Safety, Environment. HSE merupakan salah satu bagian dari manajemen sebuah perusahaan. Ada manejemen keuangan, manajemen sdm, dan juga ada Manajemen HSE. Di perusahaan, manajemen HSE biasanya dipimpin oleh seorang manajer HSE, yang bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan seluruh program HSE. Program  HSE disesuaikan dengan tingkat resiko dari masing-masing bidang pekerjaan. Misal HSE Konstruksi akan beda dengan HSE Pertambangan dan akan beda pula dengan HSE Migas . Pembahasan - Administrator Migas Bermula dari pertanyaan Sdr. Andri Jaswin (non-member) kepada Administrator Milis mengenai HSE. Saya jawab secara singkat kemudian di-cc-kan ke Moderator KBK HSE dan QMS untuk penjelasan yang lebih detail. Karena yang menjawab via japri adalah Moderator KBK, maka tentu sayang kalau dilewatkan oleh anggota milis semuanya. Untuk itu saya forward ke Milis Migas Indonesia. Selain itu, keanggotaan Sdr. Andry telah saya setujui sehingga disk

Penggunaan Hydrostatic Test & Pneumatic Test

Pneumatic test dengan udara (compressed air) bukan jaminan bahwa setelah test nggak ada uap air di internal pipa, kecuali dipasang air dryer dulu sebelum compressed air dipake untuk ngetest.. Supaya hasilnya lebih "kering", kami lebih memilih menggunakan N2 untuk pneumatic test.. Tanya - Cak Ipin  Yth rekan-rekan milis Saat ini saya bekerja di power plant project, ditempat saya bekerja ada kasus tentang pemilihan pressure test yang akan digunakan pada pipa Instrument, Pihak kontraktor hanya melakukan hydrostatic test sedangkan fluida yg akan digunakan saat beroperasi adalah udara dimana udara tersebut harus kering atau tidak boleh terkontaminasi dengan air, pertanyaan saya : 1. Apakah boleh dilakukan hydrostatic test pada Instrument air pipe?? 2. Jika memang pneumatic test berbahaya, berapa batasan pressure untuk pneumatic test yg diijinkan?? Mohon pencerahan dari para senior, terima kasih. Tanggapan 1 - Apriadi Bunga Cak Ipin, Sepanjang yang saya tahu, pneum