Sesaat sebelum pembubaran BPMigas, semangat konversi BBM ke BBG sangat menggebu2 hampir disemua lini. Penghematan biaya akibat konversi BBM ke BBG sekitar Rp600T/th. Apakah stl BPMigas dibubarkan oleh MK, semangat itu msh ada dan spt semula? Atau justru sebaliknya, pakai terus BBM dan tidak perlu konversi BBM ke BBG?? Apakah konversi bbm(baca energi import dan mahal) ke bbg(energi lokal dan murah) tetap merupakan prioritas utama? Yang pasti semua pihak yg terlibat di bisnis oil and gas sdg sibuk melihat dan mempelajari aspek legal bisnis oil and gas di Indonesia, Siapa yg diuntungkan bila konversi BBM ke BBG Indonesia gagal? Yang jelas, mereka2 yg melakukan import/penjualan BBM ke Indonesia dan mereka2 penikmat gas alam Indonesia di luar negri yg akan tetap bersorak. Lalu bagaimana dng industri kerakyatan, transportasi, pelayaran, masyarakat2 yg msh blm dpt listrik walaupun didekatnya ada sumber gas alam??
Kapan mereka bisa menikmati gas alam energi lokal yg murah yg diberikan Tuhan untuk bangsa ini?
Pembahasan - Suparman Chandra - KBK Civil Engineering
1. Sesaat sebelum pembubaran BPMigas, semangat konversi BBM ke BBG sangat menggebu2 hampir disemua lini. Penghematan biaya akibat konversi BBM ke BBG sekitar Rp600T/th. Apakah stl BPMigas dibubarkan oleh MK, semangat itu msh ada dan spt semula? Atau justru sebaliknya, pakai terus BBM dan tidak perlu konversi BBM ke BBG?? Apakah konversi bbm(baca energi import dan mahal) ke bbg(energi lokal dan murah) tetap merupakan prioritas utama? Yang pasti semua pihak yg terlibat di bisnis oil and gas sdg sibuk melihat dan mempelajari aspek legal bisnis oil and gas di Indonesia, Siapa yg diuntungkan bila konversi BBM ke BBG Indonesia gagal? Yang jelas, mereka2 yg melakukan import/penjualan BBM ke Indonesia dan mereka2 penikmat gas alam Indonesia di luar negri yg akan tetap bersorak. Lalu bagaimana dng industri kerakyatan, transportasi, pelayaran, masyarakat2 yg msh blm dpt listrik walaupun didekatnya ada sumber gas alam??
Kapan mereka bisa menikmati gas alam energi lokal yg murah yg diberikan Tuhan untuk bangsa ini?
2. Pasokan gas alam ke dalam negri sekitar 1/3 dari total produksi gas, harga gas alam dari sumur dijual ke dalam negri awalnya dengan harga sangat murah usd1-3/mmbtu. Shg secara ekonomis, memasok gas alam ke dalam negri jadi tdk ekonomis. Sesaat sebelum pembubaran BPMigas, terjadi koreksi cukup besar atas harga jual gas domestik. Harga gas alam di sumur, rata2 menjadi usd5-6/mmbtu (bila sampai ke konsumen harga gas alam di usd10.5/mmbtu). Secara ekonomis, harga ini memberikan daya tarik u meningkatkan pasokan gas alam ke dalam negri. Apakah stl BPMigas dibubarkan oleh MK, kondisi harga gas alam domestik ini masih bisa dipertahankan? Atau justru sebaliknya, harga gas alam untuk lokal ditekan kembali, sehingga hal ini menjadi tidak ekonomis, yg ujung2nya menghambat peningkatan pasokan gas alam u domestik, shg gas alam terpaksa di export keluar negri. Dan konversi bbm ke bbg jalan ditempat??
3. Negara kita, membutuhkan satu tim yg pro rakyat, yg secara terencana dan terus menerus, merealisasikan konversi bbm ke bbg, dan terus menerus mengkonversi energi mahal ke energi murah dan ramah lingkungan, semoga.
-------------------------------
Sy dan teman2 swasta tetap bergerak melakukan konversi bbm ke bbg. Semoga langkah yg kecil ini dpt berguna bagi masyarakat yg kami layani dan semoga hal ini dpt menggugah lebih banyak orang u secara bersama2 membantu masyarakat kita u mendapatkan energi murah dan ramah lingkungan.
Tanggapan 1 - Sapto saptohw
BBG di luar Indonesia, tidak perlu jauh2, hampir seluruh negara ASEAN saja sudah sejak lama diterapkan dan memang betul2 sangat murah, kenapa di Indonesia selalu dipersulit?
Menurut saya, setiap kebijakan baru atau penerapan technology baru di Indonesia akan sangat susah karena adanya kepentingan politik dan bisnis.
Para pebisnis atau politikus yang berperan dalam bisnis distribusi Migas tentunya tidak mau keuntungan bersih mereka akan berkurang walaupun akan membebani Negara.
Mereka pasti masa bodoh tentang biaya subsidi dari uang Negara, yang penting mereka untung.
Teringat waktu dulu tahun `98 saya kerja di sebuah pulau di Kepulauan Riau.
Waktu itu beli bensin di pulau tsb pakai system kalengan yang mungkin kalau diliterkan harganya bisa 2 atau 3 kali lipat lebih mahal. Kemudian ada seseorang yang mau membuka pom bensin di pulau tersebut yang tentunya dgn harga bensin yang lebih murah karena ikut aturan harga pemerintah, justru malah didemo karena pebisnis bensin sebelumnya merasa keuntungannya akan berkurang atau bisa2 malah mati bisnis bensinnya.
BIOFUELS
Kalau di Brazil di pom bensin Shell sudah banyak menyediakan Ethanol (biofuels) yang berasal dari fermentasi ampas tebu. Kenapa tidak diterapkan di Indonesia?
Padahal sawah tebu sangat banyak di Indonesia.
Tanggapan 2 - Aditytianto
Salah satu hal konkrit yang pemerintah (cq. Dirjen Migas), saat ini dapat perjuangkan dalam rangka program konversi BBM ke BBG adalah dengan tahun anggaran 2012 yang sudah tinggal seumur jagung ini. adalah dengan adanya beberapa program besar penunjangnya.
1. Pengadaan dan Pemasangan, total 14.000 konverter kit yang akan dibagikan ke 4 daerah sekaligus, gratis untuk angkutan umum dan taksi.
2. Alokasi dana pembangunan infrastruktur CNG via Pertamina, yang dalam 2012, sudah siap di penambahan 3 titik di Jakarta.
3. Pembangunan CNG Mother-Daughter system untuk transportasi di Jawa timur.
4. Pembangunan Bengkel konversi (percontohan) BBM ke BBG.
dari point 1-4, seluruh program ini saat ini sedang terancam tidak terlaksana karena adanya pembatasan/keterbatasan sistem APBN yang harus selesai pada desember 2012, atau uangnya hangus.
saya termasuk pihak yang berdoa semoga seluruh projectnya berjalan, dan project konversi BBM ke BBG di Indonesia bukanlah slogan semata. sunguh sangat berkebalikan dengan gembar-gembor beberapa bulan yang lalu bahkan bapak presiden SBY sendiri sudah berpidato bahwa konversi BBM ke BBG harus dilakukan.....
Tanggapan 3 - Gandi Iswara
Pak Adit,
Mohon maaf. Tapi saya termasuk orang yang tidak setuju untuk konversi BBM ke CNG. Alasannya sederhana. Saya khawatir jika ada pressure vessel bertekanan 200 barg di dalam kendaraan saya. Potensi hazardnya luar biasa. Sementara ada istri dan anak-anak saya di dalamnya.
Semoga pihak yang membuat project ini telah berpikir matang-matang, tidak hanya dari sisi komersialnya saja, namun juga dari sisi safetynya.
Tanggapan 4 - Administrator Migas
Mas Gandi
Supaya dapat menjadi bahan diskusi bagi rekan rekan Milis lainnya maka judul saya rubah dengan menghilangkan tentang penbubaran BPMIGAS karena jadi tidak nyambung padahal topik ini sedang jadi bahan pemikiran pemerintah maupun masyarakat luas terkait dengan semakin besar dan tidak terkendalinya subsidi BBM kita dari tahun ke tahun.
Mudah mudahan dari hasil diskusi ini tidak ada lagi keragu raguan dari konsumen BBG/CNG untuk transportasi menggantikan BBM kita yang semakin menggerogoti ketahanan energi bangsa Indonesia dan Pemerintah pun serius jangan maju mundur terus.
Mas Adit, Mas Pujo, Mas Zaki, Mas Prajudi
Silahkan dijawab pertanyaan Mas Gandi karena ini merupakan tanggung jawab kita semua termasuk anggota Milis Migas.
Tanggapan 5 - Irwan Kurniawan
Harusnya konversi BBM ke BBG untuk kendaraan dicontohkan pejabat negara (Pres dan jajarannya).. Logikanya kalau aman utk mereka pasti aman untuk rakyat.
Artinya pelaksanaan konversi tsb (harus) dilakukan dengan sungguh" bukan asal"an.. seperti halnya konversi minyak tanah ke elpiji..
Bang Daulay rahmat_dlyr2g@yahoo.com
Ikut nimbrung ah.
Setuju banget dengan pak irwan,harusnya pejabat negara dulu yang menggunakan converter kit. Setelah itu kenderaan operasional para pegawainya. Jika selama setahun tiada bunyi bom dikendaraan kita, baru pemerintah mengedarkannya. Bapak presiden dan mas jero kalau tidak salah pernah mengatakan, agar kendaraan plat merah tidak menggunakan BBM subsidi dan kendaraannya wajib mekakai tulisan mobil ini tidak menggunakan BBM subsidi, tapi kenyataannya dilapangan, banyak subsidinya dari pada nonnya. Tapi kalau untuk sepeda motor bisa tidak pakai converter kit? Trus safetynya gimana?lah wong kadang orang naik sepeda motor sambil merokok tu.
Tanggapan 6 - Hotler Na70
Setahuku harga converternya klo tdk salah +-Rp. 16.000.000/unit ?! blm lagi kalau terjadi tabrakan wah...gawat!
dengan harga segitu hanya yg punya dompet tebal aja kayaknya dan yg "dipaksa".
Tanggapan 7 - haditomo_irawan
Rekan2 milis,
Faktor safety menurut saya adl no 1 krn kasus kelalaian manusia memang menempati posisi ranking 1.
Lalu juga kasus tabung gas 3 kg yg sdh banyak memakan korban juga hrs menjadi perhatian pemerintah.
Jadi pemerintah juga harus pro aktif memberi contoh,, misalnya mobil RI semuanya pake BBG atau CNG.
Jadi sama2 memikul resiko sbg pemimpin,jgn seenaknya rakyat dikorbankan jd kelinci percobaan.
Memang masalah resiko atau takdir sdh ada yg menentukan.
Namun Safety first tetap harus diperhatikan.
Tanggapan 8 - Aditytianto
Pak Gandi,
Tidak apa-apa untuk khawatir kok pak. :)
sangat wajar, normal, dan menunjukkan Pak Gandi adalah orang yang termasuk paham dengan 'teknikal', seberapa besar tekanan 200 bar tersebut.
Tinggal melengkapi sedikit pemahamannya kok pak Gandi.
1. NGV (Natural Gas Vehicle) adalah proven technology. seluruh peralatannya (terutama tabung), memang didesain untuk menyimpan gas bertekanan 200 bar. pressure vessel 200 bar, tentu saja dalam desainnya pasti sudah mengikutkan faktor safety yang tinggi juga.
panjang lebarnya, setiap tabung CNG tidak boleh berupa sambungan welding (selalu seamless), juga telah ditest pressure (100% test pressure, bukan sampling) sampai dengan 1,5 kali tekanan operasi. Belum termasuk berbagai macam test yang lainnya, yang tentu saja sesuai degan standar ISO 11439/ECE R-110.
2. kalau kita sudah bekerja sesuai dengan standar internasional, instalasinya pun juga harus sesuai dengan standar internasional yang berlaku, saya rasa pak Gandi sebagai engineer juga bisa paham bahwa barang ini aman untuk digunakan kan?
3. Other spiritnya adalah, bahwa subsidi BBM di Indonesia itu telah memakan sekian persen dari APBN kita pertahunnya, sehingga memang harus ada pengganti BBM terutama untuk transportasi, supaya APBN negara tidak terbebani oleh subsidi tersebut. (Kecuali memang Pak Gandi sekarang sudah pengguna rutin BBM non-subsidi tentu saja).... :)
jadi, kita memang harus menemukan bahan bakar alternatif, terutama untuk transportasi agar dari sisi komersial (baca : cost yang lebih murah), angkutan umum kita juga tidak perlu menaikkan tarifnya apabila subsidi BBM-nya dikurangi bahkan dicabut oleh negara.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTerima kasih untuk posting yang detail secara teknis.
ReplyDeleteTiga Motor