Skip to main content

Limitasi Jarak LPG storage ke Furnace?

Sebaiknya dilakukan QRA untuk merekomendasikan jarak yang aman... karena NFPA dan API dibikin berdasarkan most credible case dan kadang tidak aplikatif untuk kondisi fasilitas di tempat tertentu seperti di Indonesia misalnya.
Melakukan QRA terlebih dahulu harus diawali dengan HAZOP/HAZID untuk mengidentifikasi semua potensi bahaya yang mungkin ada/terjadi, kemudian dilakukan Failure Frequency Assessment untuk menganalisa kemungkinan kecelakaan/failure pada tangki LPG bersangkutan (termasuk ukuran lobang kebocoran/pecah yang mungkin terjadi), dilanjutkan dengan Consequence Analysis untuk menganalisa dispersi gas/aeorsol/LPG liquid yang mungkin terjadi berdasarkan prevailing wind, roughness, atmosphere stability class, termasuk juga probit analysis untuk efek flash fire/jet fire/VCE/BLEVE, dan kemungkinan domino efek yang mungkin terjadi. Hasil dari Failure Frequencies Assessment + Consequence Analysis diejawantahkan dalam suatu Event tree analysis untuk memperoleh nilai IRPA (individual risk per annum) dan PLL (potential loss of life), atau jika perlu potential loss of money, Ini lah yang dihasilkan dalam sebuah QRA...
  
 

Tanya - edfarman@ikpt

Dear alls,

Saya ingin menanyakan jika ada referensi yang menjadi acuan/ batasan jarak untuk lokasi LPG Sphere storage tank ke furnace?
Apakah jarak tersebut perlu mempertimbangkan pre-vailing wind (untuk arah angin yang paling dominan)?

Kasusnya misalkan:
LPG Storage tank berbentuk spherical tank dengan design pressure 1.5 kg/cm2G
LPG ini tidak digunakan untuk furnace tapi untuk kebutuhan equipment yang lain (boiler di Utility area).
Tidak ada connecting-pipe yang menghubungkan LPG sphere (at Tank Terminal) dgn Furnace (at Process Area).
Kekhawatiran timbul jika ada kebocoran pada LPG sphere ke atmosphere dan "terbawa"  ke arah sumber api (furnace).

Sebelumnya saya ucapkan terimakasih.


Tanggapan 1 - Dani Oktiono dani@ptsdk

Mungkin API standard 2510
(Design and Consctruction of  LPG installation) bisa menjadi acuan. lihat di klausul 3.1.2.5 sbb
The minimum horizontal distance between the shell of an LPG tank and  facilities or equipement....
a. for process vessel, 50 ft
b. for flares or other equipment containing exposed flames, 100 ft
c. furnace & utility boiler, 50 ft etc.


Tanggapan 2 - wendy junaedi

Dear edf,
 
Bisa di lihat di NFPA 58 appendix I


Tanggapan 3 - Crootth Crootth


Mas Edfarman,
  
  Sebaiknya dilakukan QRA untuk merekomendasikan jarak yang aman... karena NFPA dan API dibikin berdasarkan most credible case dan kadang tidak aplikatif untuk kondisi fasilitas di tempat tertentu seperti di Indonesia misalnya.
  
  Melakukan QRA terlebih dahulu harus diawali dengan HAZOP/HAZID untuk mengidentifikasi semua potensi bahaya yang mungkin ada/terjadi, kemudian dilakukan Failure Frequency Assessment untuk menganalisa kemungkinan kecelakaan/failure pada tangki LPG bersangkutan (termasuk ukuran lobang kebocoran/pecah yang mungkin terjadi), dilanjutkan dengan Consequence Analysis untuk menganalisa dispersi gas/aeorsol/LPG liquid yang mungkin terjadi berdasarkan prevailing wind, roughness, atmosphere stability class, termasuk juga probit analysis untuk efek flash fire/jet fire/VCE/BLEVE, dan kemungkinan domino efek yang mungkin terjadi. Hasil dari Failure Frequencies Assessment + Consequence Analysis diejawantahkan dalam suatu Event tree analysis untuk memperoleh nilai IRPA (individual risk per annum) dan PLL (potential loss of life), atau jika perlu potential loss of money, Ini lah yang dihasilkan dalam sebuah QRA...
  
  Kalau boleh tahu berapa banyak storage LPGnya? kemudian berapa tekanan dan temperaturnya? berapa meter pula jarak ke furnace? dengan mengetahui ini dan mengasumsikan beberapa kondisi atmosfer dan roughness dan lainnya, Insyaallah saya bisa membantu mas edfarman dengan memakai software consequence analysis yang saya punyai.


Tanggapan 4 - edfarman@ikpt

Dear Mas DAM, Mas Wendy Junaedi dan Mas Dani Oktiono, Terimakasih atas informasi dan sharingnya.

Selanjutnya menjawab permintaan dari Mas DAM dgn harapan dpt dibantu,

Q: Kalau boleh tahu berapa banyak storage LPGnya?
A: Working Capacity = 5,800 cu-m for Mixed-LPG (S.G.=0.55)
   (Sphere Size, ID=23.25m; LLL=1.5m & HLL=18.535m)
Q: kemudian berapa tekanan dan temperaturnya?
A: Design: P = 12.2 (at top) / FV.; T = 85 degC.
   Operating P = 6(min)/10.5(norm); T=23deg.C(min)
Q: berapa meter pula jarak ke furnace?
A: Sekitar 60-meter (to CL of Sphere).
   Ke outer shell of sphere sekitar 48-meter.

Sekali lagi terimakasih.



Tanggapan 5 - edfarman@ikpt


Maaf ada yang terlewatkan,
Unit pressure di bawah dalam kg/sq.cmG.


Tanggapan 6 - Crootth Crootth


Mas Edfarman,
  
  Berdasarkan kondisi proses yang diberikan (23.25 m ID, 18.54 m HLL, 23 degC Temperature and 10.5 bar g) dan kondisi atmosphere yang diasumsikan (Atmosphere stability class D, wind speed 2.3 m/s, humidity 67% (average), Temp Ambient 30 degC) maka untuk tangki LPG hasilnya adalah sebagai berikut:
  
  Failure Frequency Analysis: [Ref. DNV Technica]
  
  Hole Size : 13 mm = 1.2E-05/year (50.3% of total Frequency)
  Hole Size : 50 mm = 7.1E-06/year (29.8%)
  Hole Size : 100 mm = 4.3E-06/year (18%)
  Hole Size : 200 mm = 4.7 E-07/year (1.9%)
  
  Consequence Analysis (menggunakan spreadsheet):
  
  LPG (assumed Propane)
  LEL : 2.1% v/v
  UEL : 9.4% v/v [Ref. Zabetakis]
  
  Hole Size : 200 mm; Propane release rate 63 kg/s; Distance to LEL : 80 m, UEL : 210 m
  Hole Size : 100 mm; Propane release rate 16 kg/s; Distance to LEL : 40 m, UEL : 100 m
  Hole Size : 50 mm; Propane release rate 4.0 kg/s; Distance to LEL : 19 m, UEL : 47 m
  Hole Size : 13 mm; Propane release rate 0.27 kg/s; Distance to LEL : 8 m, UEL: 20 m
  
  Risk Assessment:
  
  Ignition Probability [Ref. Canvey Report]  :  0.3 for Release > 50 kg/s; 0.07 for Release between 1 - 50 kg/s; and; 0.01 for release < 1 kg/s
  
  Hole Size : 200 mm; Jet Fire Frequency : 1.41E-07/year (13.3% of total risk)
  Hole Size : 100 mm: Jet Fire Frequency : 3.01E-07/year (28.4%)
  Hole Size : 50 mm: Jet Fire Frequency: 4.97E-07/year (46.9%)
  Hole Size : 13 mm: Jet Fire Frequency: 1.2E-07/year (11.3%)
  
  Conclusion;
  
  Most Credible Case adalah Berlubangnya LPG Storage Tank dengan ukuran 50 mm dengan lebar sebaran flammable gas up to 47 m. Bisa disimpulkan jarak antara LPG Storage dengan Furnace (48 m) adalah AMAN (dengan IRPA jika terdapat 10 orang operator yang setengah hari terus menerus terekspos dalam radius 47 m, adalah 5.3E-06 (masih masuk acceptable region dari HSE UK Criteria))
  
  Semoga membantu,


 
Tanggapan 6 - edfarman@ikpt

Dear Mas DAM,

Saya terima.
Dan selayaknya saya ucapkan terimakasih banyak untuk bantuannya. Saya akan coba analisa dan diskusikan dengan rekan-rekan disini.


Tanggapan 7 - Slamet Suryanto


Mas Budhi,

Mohon bantuannya untuk share email di bawah termasuk lampirannya.
Trims.

Pak Edfarman,

Masukan dari saya, data yang disampaikan oleh Mas DAM di bawah adalah terbalik untuk LEL dan UEL.

Berikut adalah data dispersion analysis dengan software FRED dari data yang disampaikan untuk hole size 10mm; 50mm dan 100mm (asumsi fluida adalah LPG commercial= 90% propane dan 10% butane):


Dispersion Summary
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯

Hole diameter: 10mm           LFL         UFL
Contour value (ppm) 20655.7 93772.0
Downwind distance (m)       1.201       0.3
Height above ground (m)  0.5341 0.5193

Hole diameter: 50mm          
Contour value (ppm) 20655.7 93772.0
Downwind distance (m)       105       22.01
Height above ground (m) 0 0

Hole diameter: 100mm
Contour value (ppm) 20655.7 93772.0
Downwind distance (m)       200       46
Height above ground (m) 0 0

Data-data terlampir adalah hasil pemodelan risiko dengan Shepperd (specific to LPG model) yang menghasilkan total risk >= 1.0e-07/year (generally acceptable), F/N curve maupun Bleve. Asumsi yang digunakan:

- populasi sama dengan di bawah: 10 orang
- jarak flame ignition source 50m (immediate probability of ignition:0.1 dan delayed ignition: 1.0 based on Shell's data untuk operasi LPG dan open flame)
- fire protection: average
- detection & shutdown: average
- design, operation & maintenance: average

Saran: jika pendekatan risiko yang akan dipilih sebaiknya dilakukan studi yang lebih detil dimana semua asumsi dan layout akan dapat menjadi pertimbangan yang lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Semoga membantu.


Tanggapan 8 - Crootth Crootth

Betul Mas Slamet....
  
  Koreksi anda betul .. saya terbalik menulisnya...thanks
  
  UEL harusnya dibaca LEL dan LEL harusnya dibaca UEL...
  
  FRED sendiri (juga CIRRUS) memodelkan dispersinya berdasarkan perilaku gas ideal untuk masing masing komponen, jadi cenderung "agak" konvensional [Ref. HSE UK] dan akan mulai menyimpang untuk kasus pada tekanan tinggi ...


Tanggapan 9 - Slamet Suryanto

Mas DAM,

Memang kondisi saat ini belum ada software consequence analysis yang betul-betul sempurna. Akan tetapi di kalangan konsultan safety dan risk dapat dikatakan bahwa FRED termasuk dalam jajaran software yang terbaik karena mengalami validasi secara kontinyu dengan sponsor dari berbagai kalangan industri. Menurut data yang ada CIRRUS termasuk yang ketinggalan lebih dari 10 tahun. Video yang disampaikan oleh Mas Budhi adalah salah satu contoh experimen yang dilakukan untuk memvalidasi model dalam FRED. Dengan validasi, pemodelan FRED tidak hanya berdasarkan formula gas ideal tetapi sudah sangat berkembang. FRED juga dilengkapi dengan penjelasan keterbatasan jika belum divalidasi dengan experiment, misal untuk aplikasi temperatur ambien di atas 20 deg-C.

Dengan QRA yang cukup detil maka akan terdapat pertimbangan untuk mengoreksi kelemahan dari pemodelan dengan software. Apa yang disampaikan kemarin adalah hasil quick QRA, not more than 20 menit. Berdasarkan pengalaman terdapat sekitar 10%-20% perbedaan jika dilakukan dengan detil.
Wassalam,


Note: Banyak sekali rekaman hasil validasi termasuk BLEVE, platform explosion, etc. Mas Budhi, thanks untuk bantuannya untuk compress video file dan upload ke milis


Tanggapan 10 -  Crootth Crootth

Mas Slamet,

FRED dan beberapa software lain (termasuk CIRRUS) sesungguhnya bukanlah yang terbaik [Advantica, 2005] karena yah itu tadi, pemodelannya berdasarkan perilaku gas ideal ... Terus terang saya lebih mempercayai kajian Advantica ini yang merupakan lembaga independent "rekanan" HSE UK, dibanding (mohon maaf) pernyataan anda.

Akan tetapi Advantica juga menyatakan bahwa secara umum FRED (juga CIRRUS) masih memenuhi kaidah kaidah "Consequence Analysis" yang baku sedemikian hingga hasilnya, meski konvensional, dapat diterima untuk diterapkan dalam QRA.

BP dalam mengembangkan CIRRUS (juga DNV dalam mengembangkan PHAST, Safer dalam emngembangkan TRACE, dsb) juga menggunakan eksperimen eksperimen. Jadi pernyataan anda  harus ditambahkan bahwa "tidak hanya FRED nya Shell yang didasarkan  pada validasi atas eksperimen" 

tentang CIRRUS ketinggalan 10 tahun, anda mengatakan "menurut data", menurut data yang mana? kalau boleh saya tahu referencenya apa?. Kedua anda menggunakan kata kata "pemodelan FRED tidak hanya
 berdasarkan formula gas ideal tetapi sudah sangat berkembang". Apa maksud anda "sangat berkembang"? Mohon maaf, mungkin keterbatasan IQ saya saja yang tidak mampu mengartikan kata kata "sangat berkembang" ini.

Saya tidak ingin  kita terjebak untuk Pro dengan software ini dan kontra terhadap software itu...  semua software adalah sampah jika yang memakai tidak  mengerti filosofi penggunaannya. Karena mohon maaf, kalau saya tangkap dari pernyataan anda kesannya anda menjelek-jelekkan CIRRUS dan mengagung-agungkan FRED, padahal yah menurut Advantica keduanya "sama sama konvensional karena menggunakan persamaan gas ideal"

Best regards,


Tanggapan 11 - Slamet.Suryanto

Mas DAM,

Saya setuju dengan anda bahwa yang lebih penting adalah pemahaman dalam utilisasi software yang digunakan tetapi tidak setuju bahwa software harus dikatakan sampah, mereka didevelop sebagai tool. Sudah ditegaskan bahwa belum ada software yang sempurna, tentu dengan kadar yang kualitatif dalam perbandingan. Tidak bermaksud bermaksud mengagung-agungkan, FRED sendiri selalu mengalami penyempurnaan diantaranya dengan faktor koreksi berdasarkan eksperimen. Sayang sekali data saya mengenai perbandingan hasil pemodelan untuk berbagai software hazard consequence belum diketemukan untuk upload di milis.

Mengenai tingkat kepercayaan terhadap suatu data/informasi bergantung kepada yang melihat/menilai. Seperti juga apakah data yang anda gunakan untuk  cukup relevan untuk operasi LPG atau kah data hidrokarbon secara umum. Saya lebih mempercayai data yang relevan dengan operasi LPG dibandingkan dengan data umum sesuai dengan subject studinya. Bagi orang yang awam hal ini tidak menjadi pertimbangan yang berarti. Dalam kasus kalau kolega anda menerima data/asumsi yang anda sodorkan, ya sudah... begitulah QRA.

Semoga tidak berpolemik lebih panjang, lagi banyak kerjaan yang harus disetor.......



Tanggapan 12 - Crootth Crootth


Mas Slamet,
  
  Saya setuju untuk tidak berpolemik lebih jauh mengenai ini. Jika anda bisa mengakses Shell Global Solution, mungkin disana ada Canvey Report. Silahkan dilihat disana apakah relevan atau tidak data yang saya gunakan. Tentang reference khusus  LPG sendiri, insyaallah saya ada, tapi berhubung ia bercopyright yah tidak saya cantumkan.
  
  Oh iya, sejatinya saya tidak mengatakan semua software sampah. Tapi yang saya katakan adalah "semua software adalah sampah JIKA...."
  
  Btw, sudahlah, niat kita berdua kan mau membantu mas Edfarman dari IKPT, jadi saya kira tidak penting untuk mendebat hasil masinng-masing bukan, yang terpenting kesimpulan kita sama yakni risk dari proses yang kita tinjau adalah ACCEPTABLE.
  
  Mohon maaf kalau ada kata-kata saya yang menyakitkan.
  

Tanggapan 13 - Slamet Suryanto

Mas DAM,

Terima kasih.
BTW, Lloyd's Register mempunyai lisensi untuk produk SGS, dan dapur mereka (tdk hanya yang di website)terbuka untuk kami termasuk yang sedang dikembangkan. LR juga terlibat dalam proses validasi software mereka. Tidak ada yang perlu dimaafkan karena proses yang terjadi mungkin memberikan pembelajaran miliser yang tidak akan diperoleh melalui kursus.


Tanggapan 14 - edfarman@ikpt


Mas Slamet dan Mas Darmawan,

Benar adanya dan saya ucapkan terimakasih atas diskusi-diskusi yang terkait dengan pertanyaan saya tentang limitasi jarak di atas.
Sudah sangat-sangat membantu dalam pencerahan pribadi saya dan mungkin banyak rekan lainnya.
Kita jaga semangat diskusi yang membangun ini untuk kesempatan lain dalam pembahasan study menarik lainnya.

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD BUKU: THE TRUTH IS OUT THERE KARYA CAHYO HARDO

  Buku ini adalah kumpulan kisah pengalaman seorang pekerja lapangan di bidang Migas Ditujukan untuk kawan-kawan para pekerja lapangan dan para sarjana teknik yang baru bertugas sebagai Insinyur Proses di lapangan. Pengantar Penulis Saya masih teringat ketika lulus dari jurusan Teknik Kimia dan langsung berhadapan dengan dunia nyata (pabrik minyak dan gas) dan tergagap-gagap dalam menghadapi problem di lapangan yang menuntut persyaratan dari seorang insinyur proses dalam memahami suatu permasalahan dengan cepat, dan terkadang butuh kecerdikan – yang sanggup menjembatani antara teori pendidikan tinggi dan dunia nyata (=dunia kerja). Semakin lama bekerja di front line operation – dalam hal troubleshooting – semakin memperkaya kita dalam memahami permasalahan-permasalahan proses berikutnya. Menurut hemat saya, masalah-masalah troubleshooting proses di lapangan seringkali adalah masalah yang sederhana, namun terkadang menjadi ruwet karena tidak tahu harus dari mana memulainya. Hal tersebut

Leak Off Test

Prinsipnya LOT (leak off test) dilakukan untuk menentukan tekanan dimana formasi mulai rekah. Tujuannya: 1. Menentukan MASP (Max. Allowable Surface Pressure). Yaitu batasan max surface pressure yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 2. Dengan mengetahui MASP, berarti juga kita bisa mengetahui Max. mud weight yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 3. Menentukan Kick Tolerance. Yaitu maximum kick size yg masih bisa kita tolerir untuk dihandle. Parameter ini nantinya juga berperan untuk menentukan depth casing shoe yang aman dari sudut pandang well control issue. 4. Mengecek kualitas sealing antara cement dengan casing Tanya - BGP HSESupv. BGP.HSESupv@petrochina Dear all Saat masih di rig dulu saya sering mendengar istilah leak off test. dimana step2nya kira kira sebagai berikut 1. Cementing Job 2. TSK ,masuk string dan bor kurang lebih 3 meter dibawah shoe. 3. dilakukan

Apa itu HSE ?

HSE adalah singkatan dari Health, Safety, Environment. HSE merupakan salah satu bagian dari manajemen sebuah perusahaan. Ada manejemen keuangan, manajemen sdm, dan juga ada Manajemen HSE. Di perusahaan, manajemen HSE biasanya dipimpin oleh seorang manajer HSE, yang bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan seluruh program HSE. Program  HSE disesuaikan dengan tingkat resiko dari masing-masing bidang pekerjaan. Misal HSE Konstruksi akan beda dengan HSE Pertambangan dan akan beda pula dengan HSE Migas . Pembahasan - Administrator Migas Bermula dari pertanyaan Sdr. Andri Jaswin (non-member) kepada Administrator Milis mengenai HSE. Saya jawab secara singkat kemudian di-cc-kan ke Moderator KBK HSE dan QMS untuk penjelasan yang lebih detail. Karena yang menjawab via japri adalah Moderator KBK, maka tentu sayang kalau dilewatkan oleh anggota milis semuanya. Untuk itu saya forward ke Milis Migas Indonesia. Selain itu, keanggotaan Sdr. Andry telah saya setujui sehingga disk