Skip to main content

Harga sewa vs Harga sebenarnnya

Harga rental equipment terutama akan ditentukan oleh cost untuk memiliki / mengoperasikan alat tersebut.

Dalam cost management, dikenal istilah depresiasi. Angka ini dihitung untuk :
- menentukan biaya memiliki / mengoperasikan alat
- menentukan kewajiban pajak

Secara sederhana, depresiasi bisa dihitung dengan menggunakan straight line method, dimana :
depreciation = ( cost - salvage value ) / useful life


Tanya - jaja mujahid


Dear all,

Pada kesempatan kali ini saya ingin menanyakan terkait masalah harga sewa equipment/peralatan di dunia MIGAS.

Misal harga sewa sebuah peralatan drilling process seperti : Mud Pump adalah $110,000/project. Pertanyaan saya adalah kira-kira berapa persen etsimasi harga sewa terhadap harga sebenarnya?
Apakah BP Migas mengatur range harga ini dalam regulasinya?

Atas perhatian dan bantuannya saya ucapkan terima kasih.


Tanggapan - kristiawan


Pak Jaja & Rekan Milis,

Menanggapi posting pak Jaja tentang harga sewa equipment dibawah ini.
Saya rasa harga rental equipment terutama akan ditentukan oleh cost untuk memiliki / mengoperasikan alat tersebut.

Dalam cost management, dikenal istilah depresiasi. Angka ini dihitung untuk :
- menentukan biaya memiliki / mengoperasikan alat
- menentukan kewajiban pajak

Secara sederhana, depresiasi bisa dihitung dengan menggunakan straight line method, dimana :
depreciation = ( cost - salvage value ) / useful life

Biar lebih nyata, kita ambil contoh tentang pembelian mobil 4WD untuk keperluan proyek.
harga beli = RP 200 juta
masa pakai = 5 tahun ~ 1,825 hari
harga jual kembali = Rp 70 juta
depresiasi = Rp (200-70) juta / 1,825 hari = Rp. 71,230 / hari
Biasanya perusahaan akan membebankan biaya depresiasi ini kepada proyek yang menggunakan mobil tsb.

Sekarang kita anggap mobil yang sama dikelola oleh perusahaan rental mobil. Mereka akan membuat analisa bisnis ( cost, demand, kompetisi, etc ) sebelum menentukan harga sewa. Misal perusahaan tersebut memprediksi dalam 1 minggu mobil tsb rata-rata akan dapat penyewa selama 3 hari, dengan konsep yang sama mereka akan menghitung rental rate-nya :
3 hari sewa per minggu ==> dalam 5 tahun useful life = 782 hari sewa
rental rate = Rp (200-70) juta / 782 hari = Rp 166 rb / hari

Jadi dengan rental rate Rp. 166 rb / hari, break even point (BEP) akan tercapai setelah 782 hari sewa. Bila BEP ini bisa dicapai dalam waktu 4 tahun, maka sewa kendaraan ditahun ke-5 akan merupakan keuntungan perusahaan.

Tentu saja perhitungan diatas adalah contoh yang disederhanakan. Dalam kenyataannya akan ada komponen biaya lain ( other direct cost, indirect cost & overhead cost ) yang harus diperhitungkan.

Juga perlu diperhatikan bahwa besaran depresiasi akan tergantung pada jenis barangnya. Contoh diatas, mobil dibeli Rp 200 jt - dipakai 5 th - dijual lagi Rp 70 jt. Untuk barang lain yang teknologinya cepat berubah, masa pakai barang bisa sangat singkat dan harga jualnya jatuh drastis. Kasus alat komunikasi pager dan kaset VHS masuk kategori ini. Kalau 5 tahun lagi mobil dg bahan bakar air mineral diproduksi secara masal, maka harga jual lagi mobil dengan bahan bakar bensin/diesel akan terjun bebas.

Faktor demand pasar juga ikut berpengaruh. Pada saat booming konstruksi, demand lebih tinggi dari supply. Harga rental alat akan ikut terdongkrak.

Rasanya tidak mudah untuk men-generalisir harga sewa equipment berdasarkan % dari nilai barang ( correct me if i'm wrong ).

Untuk penyewa, pertimbangannya adalah mana yang lebih murah antara membeli dengan menyewa. Kalau kebutuhannya besar & continue, mungkin membeli equipment + biaya maintenance dept akan lebih murah dari menyewa. Demikian juga sebaliknya.

Mudah-mudahan bisa membantu, maaf kalau kepanjangan. Silahkan kalau ada yang mau menambahkan.

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD BUKU: THE TRUTH IS OUT THERE KARYA CAHYO HARDO

  Buku ini adalah kumpulan kisah pengalaman seorang pekerja lapangan di bidang Migas Ditujukan untuk kawan-kawan para pekerja lapangan dan para sarjana teknik yang baru bertugas sebagai Insinyur Proses di lapangan. Pengantar Penulis Saya masih teringat ketika lulus dari jurusan Teknik Kimia dan langsung berhadapan dengan dunia nyata (pabrik minyak dan gas) dan tergagap-gagap dalam menghadapi problem di lapangan yang menuntut persyaratan dari seorang insinyur proses dalam memahami suatu permasalahan dengan cepat, dan terkadang butuh kecerdikan – yang sanggup menjembatani antara teori pendidikan tinggi dan dunia nyata (=dunia kerja). Semakin lama bekerja di front line operation – dalam hal troubleshooting – semakin memperkaya kita dalam memahami permasalahan-permasalahan proses berikutnya. Menurut hemat saya, masalah-masalah troubleshooting proses di lapangan seringkali adalah masalah yang sederhana, namun terkadang menjadi ruwet karena tidak tahu harus dari mana memulainya. Hal ters...

Leak Off Test

Prinsipnya LOT (leak off test) dilakukan untuk menentukan tekanan dimana formasi mulai rekah. Tujuannya: 1. Menentukan MASP (Max. Allowable Surface Pressure). Yaitu batasan max surface pressure yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 2. Dengan mengetahui MASP, berarti juga kita bisa mengetahui Max. mud weight yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 3. Menentukan Kick Tolerance. Yaitu maximum kick size yg masih bisa kita tolerir untuk dihandle. Parameter ini nantinya juga berperan untuk menentukan depth casing shoe yang aman dari sudut pandang well control issue. 4. Mengecek kualitas sealing antara cement dengan casing Tanya - BGP HSESupv. BGP.HSESupv@petrochina Dear all Saat masih di rig dulu saya sering mendengar istilah leak off test. dimana step2nya kira kira sebagai berikut 1. Cementing Job 2. TSK ,masuk string dan bor kurang lebih 3 meter dibawah shoe. 3. dilakukan ...

Shutdown System

Apa yang membedakan antara PSD dan ESD? Secara umum keduanya berfungsi "membawa" sistem pemroses ke "keadaan yang lebih aman". Namun secara spesifik PSD lebih ditujukan kepada sebab sebab Process Specific seperti: Overpressure di bagian hilir kompressor, temperatur tinggi di heater untuk fuel gas, level yang terlau rendah di slug catcher, dst. Sementara ESD lebih ditujukan untuk menanggulangi dampak dari suatu kejadian yang sudah terjadi: misalnya gas yang telah bocor, kebakaran kecil di technical room, kebocoran minyak di pipeline, dst. Kedua jenis shutdown ini dapat pula dipicu oleh spurious trip atau gagalnya sistem shutdown tanpa sebab sebab yang diketahui dengan jelas. lebih rendah levelnya dari PSD ialah USD, atau Unit shutdown. Perlu dicamkan penamaan bisa berbeda beda antar company, misalnya ada yang menyebutnya sebagai ESD1, ESD2, ESD3 dan seterusnya, ada yang menyebutkannya sebagai ESD, PSD, USD dan seterusnya. Tidak penting, yang penting pahami betul fi...