Skip to main content

Pile Final Set

Dengan metode Final Set melalui Calendering, sebenarnya kita bisa langsung mendapatkan data Bearing Capacity hasil pemancangan dilapangan pada saat itu juga untuk kemudian dibandingkan dengan Target Bearing Capacity yang ada di RKS atau yang ditetapkan Konsultan.
 
Caranya :

1. Calendering yang dilakukan pada saat pemancangan terakhir,  parameter yang diukur bukan hanya final set 1 inch per 10 blow, tetapi juga   parameter lainnya yaitu Ramstroke (H) dari hammer dan Rebound (C). Parameter  ini harus diambil datanya pada saat calendering.
2. Dengan menggunakan Hiley's Formula misalnya, parameter2 hasil pemancangan tersebut bisa langsung dihitung untuk mendapatkan Ultimate Bearing Capacity (Ru) yang pada akhirnya bisa mendapatkan Allowable Bearing Capacity (Ra) dimana Ra inilah barangkali "target bearing capacity" yang dimaksud yang biasa dicantumkan pada RKS seperti yang pak Didi HR sebutkan (Pak Didi mohon dikonfirmasi apakah betul Ra ini yang dimaksud).
3. Supaya tidak kesulitan cari2 Calculator di lapangan dan menghindari salah pencet calculator, sebelum piling works dimulai, para supervisor lapangan kita bekali dengan Tabel Bearing Capacity yang mencantumkan nilai2 bearing capacity untuk setiap final set, ramstroke dan rebound yang mungkin terjadi (saya punya sample tabelnya kalau mau).


Tanya - uci sanusi


Dear rekan2 milis,

Kepada para structural dan geotechnical engineers yang bergabung pada milis ini. Saya hendak mengajukan beberapa pertanyaan sehubungan dengan pemancangan pile di lapangan. Trend di Indonesia, pemancangan tiang sampai final set atau penetrasi sebesar 1 inch tiap 10 blow (2.5cm per 10 blow) melalui calendering, kalau sudah tercapai hal ini maka pemancangan dihentikan dan dianggap acceptable.

Pengalaman saya bekerja selama 7 tahun lebih di konsultan Australia, dan sering mengangani proyek2 punya orang Australia di Indonesia maupun punya orang Hongkong di Indonesia, pendekatan Kami sedikit berbeda, pada RKS maupun gambar Kami mencantumkan target bearing capacity yang diambil dari perhitungan geotek maupun struktur, dan di lapangan Kami melakukan calendering dengan metoda Hiley maupun metoda yang lain seperti Danish dll, dari hasil tersebut Kami bandingkan dengan target bearing capacity yang ada di RKS maupun yang ada di gambar. Kalau sudah tercapai maka pemancangan dihentikan.

Pertanyaan saya:
Dengan metoda final set, bagaimana justifikasi pemancangan di lapangan dibandingkan dengan hasil perhitungan? karena pada final set, pokoknya sudah final set beres, dan mereka tidak mengecek lebih lanjut apakah nilai daya dukung tiang yang mereka pancang sudah memenuhi kriteria perhitungan?

Terima kasih


Tanggapan 1 - Hendrayana


Mau ikut sharing nih:

Dengan metode Final Set melalui Calendering, sebenarnya kita bisa langsung mendapatkan data Bearing Capacity hasil pemancangan dilapangan pada saat itu juga untuk kemudian dibandingkan dengan Target Bearing Capacity yang ada di RKS atau yang ditetapkan Konsultan.


Caranya :

1. Calendering yang dilakukan pada saat pemancangan terakhir,  parameter yang diukur bukan hanya final set 1 inch per 10 blow, tetapi juga   parameter lainnya yaitu Ramstroke (H) dari hammer dan Rebound (C). Parameter  ini harus diambil datanya pada saat calendering.
2. Dengan menggunakan Hiley's Formula misalnya, parameter2 hasil pemancangan tersebut bisa langsung dihitung untuk mendapatkan Ultimate Bearing Capacity (Ru) yang pada akhirnya bisa mendapatkan Allowable Bearing Capacity (Ra) dimana Ra inilah barangkali "target bearing capacity" yang dimaksud yang biasa dicantumkan pada RKS seperti yang pak Didi HR sebutkan (Pak Didi mohon dikonfirmasi apakah betul Ra ini yang dimaksud).
3. Supaya tidak kesulitan cari2 Calculator di lapangan dan menghindari salah pencet calculator, sebelum piling works dimulai, para supervisor lapangan kita bekali dengan Tabel Bearing Capacity yang mencantumkan nilai2 bearing capacity untuk setiap final set, ramstroke dan rebound yang mungkin terjadi (saya punya sample tabelnya kalau mau).

Note :

Tabel tersebut merupakan daftar bearing capacity dengan menggunakan Hiley's Formula :

* *

*Ru =2*ef *Wh *H *(1-(Wp/(Wp+Wh))*(1-e^2))/(S+0.5*C)*

* *

--à* Ru = SF * Ra * -----à* *Biasanya SF ditetapkan =3.

* *

Dimana :

eff = eficiency  of Hammer = 0.7

Wh = Weight of Hammer

Wp= Weight of Pile

e   = Repulsion Modulus of Concrete Pile = 0.25 atau 0.2 untuk Steel

S   = Final set  ( Cm / Blow )

C   = Rebound ( Cm )

Ru  = Ultimate Bearing Capacity = 3.Ra

Ra  = Allowable Bearing Capacity

H   = Ram stroke ( Cm )


Dari paparan diatas sebetulnya bisa dikatakan bahwa apa yang merupakan trend di Indonesia ( final set - calendering) tidak masalah untuk diterapkan dan bisa memenuhi dengan pasti kriteria target bearing capacity yang dicantumkan dalam RKS.

Lebih advance lagi, dari tabel yang kita siapkan tersebut sebetulnya kita bisa lebih lanjut dapat menetapkan suatu Piling Criteria . Yaitu pada saat pemancangan, hanya dengan melihat loncatan hammer yang terjadi (ramstroke) maka kita dapat menentukan pile tersebut sudah mencapai refusal  atau belum sehingga bisa tahu kapan harus melakukan calendering yang bisa memenuhi target bearing capacity secara persis.

Metode ini pernah saya lakukan beberapa tahun lalu pada suatu proyek besar dimana setiap harinya  harus terpancang sampai ratusan titik dan setiap titik tersebut harus merupakan hasil final pada hari itu juga, karena akan digali keesokan harinya untuk dipasang footing.

Terima kasih


Terima kasih pa Hendrayana,

Saat ini saya sedang terlibat dalam suatu proyek di Kalimantan tapi saya bekerja pada pihak owner di Head Office jakarta. Dikarenakan kebiasaan saya di konsultan Australia selama 7 tahun lebih, maka saya menanyakan hal ini kepada Konsultan yang Kami tunjuk karena dalam gambar hanya menyebutkan sampai final set atau tanah keras. Memang di RKS nya ada target bearing capacity, tetapi setelah saya tanya kepada perwakilan owner di lapangan, mereka tidak menghitung capacity dengan rumus apapun, pokoknya sudah 1 inch per 10 blow, pemancangan distop.

Ketika saya tanyakan ke pihak Konsultan mengenai hal ini dia menjawab dengan berputar2 dan intinya ya seperti orang lapangan itu. Oleh karena itu saya bertanya ke milis migas untuk sharing pengalaman. Dulu juga waktu saya pernah di lapangan dalam proyek pembangunan di Tanjung Priok, pengawas lapangan dari konsultan (bukan pihak Saya), melakukan hal yang sama. Saya waktu itu bekerja di konsultan yang bertindak sebagai penasehat teknis. Jadi ada 2 orang yang saling tidak kenal melakukan hal yang sama.

Trims

Attachment : Hiley-s Formula .pdf


Tanggapan 2 - uci sanusi


Terima kasih pa Hendrayana,

Saat ini saya sedang terlibat dalam suatu proyek di Kalimantan tapi saya bekerja pada pihak owner di Head Office jakarta. Dikarenakan kebiasaan saya di konsultan Australia selama 7 tahun lebih, maka saya menanyakan hal ini kepada Konsultan yang Kami tunjuk karena dalam gambar hanya menyebutkan sampai final set atau tanah keras. Memang di RKS nya ada target bearing capacity, tetapi setelah saya tanya kepada perwakilan owner di lapangan, mereka tidak menghitung capacity dengan rumus apapun, pokoknya sudah 1 inch per 10 blow, pemancangan distop.

Ketika saya tanyakan ke pihak Konsultan mengenai hal ini dia menjawab dengan berputar2 dan intinya ya seperti orang lapangan itu. Oleh karena itu saya bertanya ke milis migas untuk sharing pengalaman. Dulu juga waktu saya pernah di lapangan dalam proyek pembangunan di Tanjung Priok, pengawas lapangan dari konsultan (bukan pihak Saya), melakukan hal yang sama. Saya waktu itu bekerja di konsultan yang bertindak sebagai penasehat teknis. Jadi ada 2 orang yang saling tidak kenal melakukan hal yang sama.

Trims



Tanggapan 3 - Hendrayana

Pak Didi..
Barangkali bermanfaat, saya lampirkan sample dari tabel Ultimate Bearing Capacity.

Sample pada tabel tersebut adalah sbb. :
Pile data         = solid square presstressed concrete pile 45x45cm L=15m ---> Wp=7.29tonf.
Hammer used  = Kobelco K-35 ( ram weight = 3.5ton)
Required Ru    = 300 tonf per pile ( atau Ra=100 tonf)

Range dari Final set(S) : 0.01 - 0.25 cm / blow -----> bisa ditambah/kurang sesuai kebutuhan
Range dari Rebound (C) : 1 - 2.2 cm ---> bisa ditambah/kurang sesuai kebutuhan
Data Ramstroke (H)     : dari Tech.Data Hammer unt. Kobelco K-35 ---> apabila dilapangan memakai Hammer
                                    lain dan weight berbeda ----> disesuaikan saja.

Untuk menghitung bearing capacity pada saat pemancangan, nilai parameter2 hasil calendering (S,C,H) agar diplotkan ke tabel tersebut, tarik garis.. maka akan ketemu nilai bearing capacitynya.

Terima Kasih,

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD BUKU: THE TRUTH IS OUT THERE KARYA CAHYO HARDO

  Buku ini adalah kumpulan kisah pengalaman seorang pekerja lapangan di bidang Migas Ditujukan untuk kawan-kawan para pekerja lapangan dan para sarjana teknik yang baru bertugas sebagai Insinyur Proses di lapangan. Pengantar Penulis Saya masih teringat ketika lulus dari jurusan Teknik Kimia dan langsung berhadapan dengan dunia nyata (pabrik minyak dan gas) dan tergagap-gagap dalam menghadapi problem di lapangan yang menuntut persyaratan dari seorang insinyur proses dalam memahami suatu permasalahan dengan cepat, dan terkadang butuh kecerdikan – yang sanggup menjembatani antara teori pendidikan tinggi dan dunia nyata (=dunia kerja). Semakin lama bekerja di front line operation – dalam hal troubleshooting – semakin memperkaya kita dalam memahami permasalahan-permasalahan proses berikutnya. Menurut hemat saya, masalah-masalah troubleshooting proses di lapangan seringkali adalah masalah yang sederhana, namun terkadang menjadi ruwet karena tidak tahu harus dari mana memulainya. Hal ters...

Leak Off Test

Prinsipnya LOT (leak off test) dilakukan untuk menentukan tekanan dimana formasi mulai rekah. Tujuannya: 1. Menentukan MASP (Max. Allowable Surface Pressure). Yaitu batasan max surface pressure yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 2. Dengan mengetahui MASP, berarti juga kita bisa mengetahui Max. mud weight yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 3. Menentukan Kick Tolerance. Yaitu maximum kick size yg masih bisa kita tolerir untuk dihandle. Parameter ini nantinya juga berperan untuk menentukan depth casing shoe yang aman dari sudut pandang well control issue. 4. Mengecek kualitas sealing antara cement dengan casing Tanya - BGP HSESupv. BGP.HSESupv@petrochina Dear all Saat masih di rig dulu saya sering mendengar istilah leak off test. dimana step2nya kira kira sebagai berikut 1. Cementing Job 2. TSK ,masuk string dan bor kurang lebih 3 meter dibawah shoe. 3. dilakukan ...

Shutdown System

Apa yang membedakan antara PSD dan ESD? Secara umum keduanya berfungsi "membawa" sistem pemroses ke "keadaan yang lebih aman". Namun secara spesifik PSD lebih ditujukan kepada sebab sebab Process Specific seperti: Overpressure di bagian hilir kompressor, temperatur tinggi di heater untuk fuel gas, level yang terlau rendah di slug catcher, dst. Sementara ESD lebih ditujukan untuk menanggulangi dampak dari suatu kejadian yang sudah terjadi: misalnya gas yang telah bocor, kebakaran kecil di technical room, kebocoran minyak di pipeline, dst. Kedua jenis shutdown ini dapat pula dipicu oleh spurious trip atau gagalnya sistem shutdown tanpa sebab sebab yang diketahui dengan jelas. lebih rendah levelnya dari PSD ialah USD, atau Unit shutdown. Perlu dicamkan penamaan bisa berbeda beda antar company, misalnya ada yang menyebutnya sebagai ESD1, ESD2, ESD3 dan seterusnya, ada yang menyebutkannya sebagai ESD, PSD, USD dan seterusnya. Tidak penting, yang penting pahami betul fi...