Skip to main content

Perancangan Heat Exchanger Skala Lab

"Saya mahasiswa semester akhir teknik kimia mendapat tugas akhir/skripsi tentang perancangan heat exchanger (condensor) skala lab.rencananya kondensor saya tersebut akan dipasang pada bagian atas kolom destilasi yang dibuat oleh teman saya sendiri. kolom destilasi tersebut akan memisahkan alkohol-air. asumsi awal flow rate-nya 1575,96 lb/jam dan suhunya 78C.
saya sudah mempelajari "process heat tranfer"-nya Kern, tapi tidak nyambung-nyambung. saya mohon bantuan bapak-bapak yang sudah malang-melintang di dunia migas, terutama rancang bangun alat. terimakasih atas bantuannya."

Tanya - didik aji sasongko

Ass. Wr. Wb
Saya mahasiswa semester akhir teknik kimia mendapat tugas akhir/skripsi tentang perancangan heat exchanger (condensor) skala lab.rencananya kondensor saya tersebut akan dipasang pada bagian atas kolom destilasi yang dibuat oleh teman saya sendiri. kolom destilasi tersebut akan memisahkan alkohol-air. asumsi awal flow rate-nya 1575,96 lb/jam dan suhunya 78C.
saya sudah mempelajari "process heat tranfer"-nya Kern, tapi tidak nyambung-nyambung. saya mohon bantuan bapak-bapak yang sudah malang-melintang di dunia migas, terutama rancang bangun alat. terimakasih atas bantuannya. Maaf, untuk bapak admin / medorator, tolong saya dikirimi lagi tata tertib dan tip&trik menggunakan milist ini. karena yang kemaren kehapus.
Wass. wr. wb



Tanggapan 1 - Imam Mahmudi

Mas Didik,

Sebagai gambaran awal, Anda bisa menggunakan salah satu dari jenis kondensor:
- fin heat exchanger.
- shell and tube
- plate heat exhanger

fluida pendingin yang digunakan bisa air atau udara. Kalau udara yang digunakan sebagai fluida pendingin, lebih baik menggunakan fin heat exchanger. Kalau air, bisa shell and tube atau plate heat exchanger. Untuk menekan biaya sya kira fin heat exchanger yang lebih cocok. Untuk perhitungan perpindahan panasnya saya kira Anda bisa menggunakan persamaan kekekalan energi, yaitu mengukur entalpi yang masuk dan keluar dari kedua fluida, tidak perlu direpotkan dengan bentuk aliran. Demikian, barang kali bisa membantu


Tanggapan 2 - Johanes Anton Witono


Mas Didik,
Sebelumnya mohon maaf dulu jika tidak bisa membantu  banyak, karena masih belum jadi orang lapangan. Saya juga  baru lulus dari Teknik Kimia UI bulan Januari 2004  kemarin. Kebetulan dalam skripsi saya, tentang Perancangan  Pabrik, saya juga melakukan perhitungan desain HE  (shell-tube dan double pipe). Jadi maaf jika ternyata  hitungan teoritis tidak bisa diaplikasi di riil, tapi  boleh dicoba.

Pertama, jika kamu mengalami kebingungan membaca buku Kern  mungkin saya bisa sarankan buku lain yang menurut saya  cukup bagus dan sistematis membahas tentang pemilihan HE  dan perhitungan desainnya, seperti :
- Stanley M. Walas, ?Chemical Process Equipment :  Selection and Design?, Buther-Worths.
- Carl Branan, ?Rule of Thumb for Chemical Engineers 2nd  Ed?, Gulf Publishing Company.
- Hongtan Liu, Sadic Kakac, ?Heat Exchanger : Selection,  Rating, Thermal Design?, CRC Press
- Aerstin, Frank and Gary Street, ?Applied Chemical  Process Equipment?, Plenum Press.

Kedua, tahap pertama dalam menentukan desain HE, menurut  saya tetap berangkat dari rumus dasar Q = m.c.dT, dan A =  Q/U.LMTD, dari situlah sebenarnya kita mulai mendesain  jenis HE yang sesuai. Misalnya, jika ternyata nilai A <=  10m2, maka lebih ekonomis menggunakan jenis double pipe.  Kemudian perhatikan juga jenis fluida yang dialirkan.

Ketiga, faktor penting yang ikut berpengaruh dalam desain  HE adalah fouling dan pressure drop. Fouling termasuk  parameter yang menentukan umur pakai HE.

Kira2 demikian sedikit tambahan dari saya. Saya mungkin  bisa memberikan contoh perhitungan desain HE yang saya  kerjakan dalam skripsi saya untuk anda, tapi via japri  saja, itu jika anda membutuhkannya.

Sekiranya ada yang keliru, mohon saya dikoreksi, maklum  masih banyak belajar teori.

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD BUKU: THE TRUTH IS OUT THERE KARYA CAHYO HARDO

  Buku ini adalah kumpulan kisah pengalaman seorang pekerja lapangan di bidang Migas Ditujukan untuk kawan-kawan para pekerja lapangan dan para sarjana teknik yang baru bertugas sebagai Insinyur Proses di lapangan. Pengantar Penulis Saya masih teringat ketika lulus dari jurusan Teknik Kimia dan langsung berhadapan dengan dunia nyata (pabrik minyak dan gas) dan tergagap-gagap dalam menghadapi problem di lapangan yang menuntut persyaratan dari seorang insinyur proses dalam memahami suatu permasalahan dengan cepat, dan terkadang butuh kecerdikan – yang sanggup menjembatani antara teori pendidikan tinggi dan dunia nyata (=dunia kerja). Semakin lama bekerja di front line operation – dalam hal troubleshooting – semakin memperkaya kita dalam memahami permasalahan-permasalahan proses berikutnya. Menurut hemat saya, masalah-masalah troubleshooting proses di lapangan seringkali adalah masalah yang sederhana, namun terkadang menjadi ruwet karena tidak tahu harus dari mana memulainya. Hal ters...

Leak Off Test

Prinsipnya LOT (leak off test) dilakukan untuk menentukan tekanan dimana formasi mulai rekah. Tujuannya: 1. Menentukan MASP (Max. Allowable Surface Pressure). Yaitu batasan max surface pressure yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 2. Dengan mengetahui MASP, berarti juga kita bisa mengetahui Max. mud weight yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 3. Menentukan Kick Tolerance. Yaitu maximum kick size yg masih bisa kita tolerir untuk dihandle. Parameter ini nantinya juga berperan untuk menentukan depth casing shoe yang aman dari sudut pandang well control issue. 4. Mengecek kualitas sealing antara cement dengan casing Tanya - BGP HSESupv. BGP.HSESupv@petrochina Dear all Saat masih di rig dulu saya sering mendengar istilah leak off test. dimana step2nya kira kira sebagai berikut 1. Cementing Job 2. TSK ,masuk string dan bor kurang lebih 3 meter dibawah shoe. 3. dilakukan ...

Shutdown System

Apa yang membedakan antara PSD dan ESD? Secara umum keduanya berfungsi "membawa" sistem pemroses ke "keadaan yang lebih aman". Namun secara spesifik PSD lebih ditujukan kepada sebab sebab Process Specific seperti: Overpressure di bagian hilir kompressor, temperatur tinggi di heater untuk fuel gas, level yang terlau rendah di slug catcher, dst. Sementara ESD lebih ditujukan untuk menanggulangi dampak dari suatu kejadian yang sudah terjadi: misalnya gas yang telah bocor, kebakaran kecil di technical room, kebocoran minyak di pipeline, dst. Kedua jenis shutdown ini dapat pula dipicu oleh spurious trip atau gagalnya sistem shutdown tanpa sebab sebab yang diketahui dengan jelas. lebih rendah levelnya dari PSD ialah USD, atau Unit shutdown. Perlu dicamkan penamaan bisa berbeda beda antar company, misalnya ada yang menyebutnya sebagai ESD1, ESD2, ESD3 dan seterusnya, ada yang menyebutkannya sebagai ESD, PSD, USD dan seterusnya. Tidak penting, yang penting pahami betul fi...