Skip to main content

Owner Estimate - Decommissioning Cost ex Pembangkit Listrik

"Decommissioning cost adalah bagian dari plant life-cycle cost yang terdiri dari : asset creation (design & construction), operation & maintenance, dan asset disposal.
Decommissioning cost mendapat perhatian banyak pihak terutama sejak pembangkit listrik tenaga nuklir diperkenalkan. Biaya decommissioning PLTN cukup significant karena butuh special treatment untuk hazardous waste (bahan radioaktif) dan environmental remediation. Kalau tidak hati-hati meng-estimate decommissioning cost, Owner bisa dapat unexpected surprise waktu harus demolish plant & memperbaiki lingkungan."

Tanya - Danar Listiawan


Rekan Milis Yth,
Adakah yg bisa memberi pencerahan bagaimana menyusun owner estimate price utk pembongkaran pondasi & bangunan eks-Pembangkit Listrik ?

atas bantuannya dan pencerahannya diucapkan banyak terima kasih


Tanggapan 1 - kristiawan


Pak Danar & rekan Migas,
Decommissioning cost adalah bagian dari plant life-cycle cost yang terdiri dari : asset creation (design & construction), operation & maintenance, dan asset disposal.
Decommissioning cost mendapat perhatian banyak pihak terutama sejak pembangkit listrik tenaga nuklir diperkenalkan. Biaya decommissioning PLTN cukup significant karena butuh special treatment untuk hazardous waste (bahan radioaktif) dan environmental remediation. Kalau tidak hati-hati meng-estimate decommissioning cost, Owner bisa dapat unexpected surprise waktu harus demolish plant & memperbaiki lingkungan.

Menghitung Decommissioning Cost
Pada saat project selesai, mantan Company saya pernah membongkar temporary site office di salah satu PLTU di Jawa Timur. Waktu itu Perusahaan tidak keluar biaya apapun karena ada pengusaha setempat yang bersedia melakukan pekerjan tersebut free of charge. Syaratnya dia boleh mengambil AC, office furnitures, pintu, kusen, jendela, rangka atap baja, dsb. Artinya biaya pembongkaran bisa ditutup dengan penjualan scrap / salvage value dari office tsb. Prinsip yang sama juga berlaku dalam menghitung decommissioning cost dari suatu plant.

1. Scope
Secara umum scope pekerjaan decommissioning adalah “dismantling & disposal of facilities (buildings, structures, equipments, tanks, chimneys, etc) and restoration of the site to usable condition”

2. Asumsi
Untuk keperluan scheduling dan cost estimation, project team membuat rencana (asumsi) metode pembongkaran yang akan dilakukan. Schedule dan cost untuk dismantling plant menggunakan explosive (kalau boleh) akan berbeda dengan metode dismantling tradisional.

3. Work Breakdown Structure (WBS)
WBS digunakan untuk menentukan activities apa saja yang harus dilakukan untuk menyelesaikan project tsb. Menggunakan WBS, scope of work diuraikan menjadi berbagai item pekerjaan yang measurable.

4. Cost estimate – direct cost
WBS adalah basis untuk menyusun cost estimate dan juga schedule development. Untuk PLTU, umumnya activities decommissioning terdiri dari : concrete works, steel structures, equipments, boiler, piping, asbestos insulation (jika masuk kategori hazardous material dan butuh penanganan khusus), dst.
- Quantity pekerjaan bisa dihitung berdasarkan as built drawings.
- Unit rate untuk pekerjaan tertentu seperti bongkar concrete chimney, cooling towers, atau main equipment dismantling biasanya didapat dari penawaran kontraktor spesialis.
- Unit rate untuk pekerjaan bongkar concrete slab, structural steel, piping dsb bisa dianalisa menggunakan prinsip “reverse construction”. Maksudnya, jika unit rate untuk pemasangan piping memperhitungkan kualitas welding tertentu, radiography, hydrotest, dsb, maka rate untuk dismantling piping hanya butuh misalnya cutting menggunakan torch. Hasil analisa rate ini perlu dikalikan dengan factor tertentu untuk meng-cover biaya mob/demob, indirect costs, overhead dan profit dari kontraktor pelaksana.
- Data market unit rates seperti tercantum dalam Jurnal Konstruksi bisa digunakan sebagai benchmark / acuan. Kelemahan data ini adalah pemakai tidak tahu pasti basis / asumsi apa yang digunakan dalam penyusunan data tersebut.

5. Cost estimate – indirect cost, overhead
Indirect cost perlu ditambahkan untuk biaya Owner’s project management team, supervision, design engineering support, insurance, contingency, dsb.

6. Income : salvage & scrap value dari plant equipment / material
- Plant scrap material biasanya terdiri dari carbon steel, copper dan stainless steel. Berat dari scrap material ini diketahui pada saat menghitung quantity pekerjaan berdasar as built drawing.
- Salvage value dari plant equipments tergantung dari demand pasar. Seandainya equipment bekas tersebut tidak bisa dijual ke plant lain sebagai “barang second hand”, mungkin harus dihitung sebagai scrap material (dijual kiloan).

7. Owner Estimate – Summary
Sekedar contoh, estimasi biaya dismantling plant diatas bisa di summarized sebagai berikut :

ITEM COST

COST

Plant dismantling & restoration cost
- Turbine Building
- Boiler Building
- Control Building
- Coal Handling
- Concrete Chimney
- Circulating Water
- Site Restoration

Project Management Team
Design Engineering Support
Insurance
Office
Others _____________
Subtotal cost $
Contingency _____________
Net Dismantling Cost $


CREDITS

Scrap materials
Salvage equipments ___________
Net credit $

C. TOTAL PROJECT COST $

Mudah-mudahan uraian diatas menjawab pertanyaan Pak Danar.
Jika butuh info lebih jauh, silahkan refer ke AACE International – Professional Practice Guide # 9 : Decommissioning Costs. Disitu ada banyak article menarik tentang dismantling of nuclear, fossil fuelled power plant dan juga toxic / hazardous waste industry.

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD BUKU: THE TRUTH IS OUT THERE KARYA CAHYO HARDO

  Buku ini adalah kumpulan kisah pengalaman seorang pekerja lapangan di bidang Migas Ditujukan untuk kawan-kawan para pekerja lapangan dan para sarjana teknik yang baru bertugas sebagai Insinyur Proses di lapangan. Pengantar Penulis Saya masih teringat ketika lulus dari jurusan Teknik Kimia dan langsung berhadapan dengan dunia nyata (pabrik minyak dan gas) dan tergagap-gagap dalam menghadapi problem di lapangan yang menuntut persyaratan dari seorang insinyur proses dalam memahami suatu permasalahan dengan cepat, dan terkadang butuh kecerdikan – yang sanggup menjembatani antara teori pendidikan tinggi dan dunia nyata (=dunia kerja). Semakin lama bekerja di front line operation – dalam hal troubleshooting – semakin memperkaya kita dalam memahami permasalahan-permasalahan proses berikutnya. Menurut hemat saya, masalah-masalah troubleshooting proses di lapangan seringkali adalah masalah yang sederhana, namun terkadang menjadi ruwet karena tidak tahu harus dari mana memulainya. Hal tersebut

Leak Off Test

Prinsipnya LOT (leak off test) dilakukan untuk menentukan tekanan dimana formasi mulai rekah. Tujuannya: 1. Menentukan MASP (Max. Allowable Surface Pressure). Yaitu batasan max surface pressure yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 2. Dengan mengetahui MASP, berarti juga kita bisa mengetahui Max. mud weight yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 3. Menentukan Kick Tolerance. Yaitu maximum kick size yg masih bisa kita tolerir untuk dihandle. Parameter ini nantinya juga berperan untuk menentukan depth casing shoe yang aman dari sudut pandang well control issue. 4. Mengecek kualitas sealing antara cement dengan casing Tanya - BGP HSESupv. BGP.HSESupv@petrochina Dear all Saat masih di rig dulu saya sering mendengar istilah leak off test. dimana step2nya kira kira sebagai berikut 1. Cementing Job 2. TSK ,masuk string dan bor kurang lebih 3 meter dibawah shoe. 3. dilakukan

Apa itu HSE ?

HSE adalah singkatan dari Health, Safety, Environment. HSE merupakan salah satu bagian dari manajemen sebuah perusahaan. Ada manejemen keuangan, manajemen sdm, dan juga ada Manajemen HSE. Di perusahaan, manajemen HSE biasanya dipimpin oleh seorang manajer HSE, yang bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan seluruh program HSE. Program  HSE disesuaikan dengan tingkat resiko dari masing-masing bidang pekerjaan. Misal HSE Konstruksi akan beda dengan HSE Pertambangan dan akan beda pula dengan HSE Migas . Pembahasan - Administrator Migas Bermula dari pertanyaan Sdr. Andri Jaswin (non-member) kepada Administrator Milis mengenai HSE. Saya jawab secara singkat kemudian di-cc-kan ke Moderator KBK HSE dan QMS untuk penjelasan yang lebih detail. Karena yang menjawab via japri adalah Moderator KBK, maka tentu sayang kalau dilewatkan oleh anggota milis semuanya. Untuk itu saya forward ke Milis Migas Indonesia. Selain itu, keanggotaan Sdr. Andry telah saya setujui sehingga disk