Skip to main content

Mud Program

"Basic principle dalam membuat mud program adalah sbb:
 1. Menentukan pore pressure & fracture pressure sepanjang kedalaman yang akan kita bor. Beberapa lapangan juga menekankan perlunya data min stress dan overburden. Data2 tersebut bisa diperolah dari hasil pengukuran pada saat ngebor sumur terdekat dari yg akan kita bor. Datanya bisa didapat secara langsung dari pengukuran (PWD-pressure while drilling) atau dari hasil olahan D-eksponen koreksi (fungsi dari ROP, RPM, WOB, bit diameter).
Kalau sumur yg akan dibor ini sumur pertama/eksplorasi (tidak ada data dari sumur terdekat), data2 tsb bisa diperkirakan dgn cara mengkonversi sonic travel time dari seismic survey."


Tanya - Irwan Iskandar


Dear rekan-rekan,
 
Please sharing informasinya donk yah bagaimana membuat suatu Mud Program dari suatu program drilling..?? Mungkin ada saran dari website atau dari hand book...


Tanggapan - Eko Yudha@savner


Mas Irwan,

Basic principle dalam membuat mud program adalah sbb:

1. Menentukan pore pressure & fracture pressure sepanjang kedalaman yang akan kita bor. Beberapa lapangan juga menekankan perlunya data min stress dan overburden. Data2 tersebut bisa diperolah dari hasil pengukuran pada saat ngebor sumur terdekat dari yg akan kita bor. Datanya bisa didapat secara langsung dari pengukuran (PWD-pressure while drilling) atau dari hasil olahan D-eksponen koreksi (fungsi dari ROP, RPM, WOB, bit diameter).
Kalau sumur yg akan dibor ini sumur pertama/eksplorasi (tidak ada data dari sumur terdekat), data2 tsb bisa diperkirakan dgn cara mengkonversi sonic travel time dari seismic survey.

2. Setelah kita punya plot Depth vs pore pressure & frac pressure, kita bisa menentukan casing setting depth dan mud weight (density). Dalam pemboran normal (overbalance), kita sebisa mungkin mendesain mud weight lebih besar dari pore pressure (supaya tidak kick) tapi lebih kecil dari fracture pressure (supaya formasi tidak rekah).

3. Menentukan jenis mud berdasarkan lithologi formasi yg akan ditembus. Ada 3 kategori umu jenis mud, yaitu water based mud (untuk sumur dgn trajectories simple, tidak ada reactive shale), oil based mud (untuk sumur dgn trajectorie lbh complex, banyak zona reactive shale), syntetic based mud (punya properties mirip OBM tapi lebih enviromental friendly).

4. Mendesain rheology (viscosity, yield point, gel strength) lumpur dan additive2 yang diperlukan sesuai keadaan lithologi yg akan ditembus, menghindari formation damage saat ngebor zona reservoir, mengurangi ketebalan mud cake, atau specific purposes lainnya. Ini bisa dikonsultasikan dgn mud company representativenya.

5. Dari step 2,3, dan 4 lalu perlu dihitung berapa pressure loss-nya apabila mud yg kita desain tersebut disirkulasikan selama pengeboran. Lalu kita hitung ECD sbg tekanan hidrostatik mud + pressure loss. ECD (equivalent circulating density) ini kita bandingkan lagi ke dalam plot di step 2. ECD tsb harus berada di antara pore pressure dan fracture pressure. Seringkali ditambahkan perhitungan2/density margin untuk menghindari pipe differential sticking, surge effect, swab effect, dll.

6. Optimasi mud hydraulic. Menggunakan data2 dari mud program untuk menentukan paramater2 drilling lainnya (pump rate, pump pressure, bit nozzle area, dll) untuk mendapatkan drilling performance yg optimum.

7. Iterasi dari step2 diatas sampai semua kriteria tercapai dgn optimum.

Detail lainnya bisa anda cari dari buku2 ttg drilling fluid di link berikut: http://www.arab-eng.org/vb/archive/index.php/f-66.html

Mudah2an bermanfaat. Barangakli ada rekan2 lain yg bisa menambahkan, silahkan.

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD BUKU: THE TRUTH IS OUT THERE KARYA CAHYO HARDO

  Buku ini adalah kumpulan kisah pengalaman seorang pekerja lapangan di bidang Migas Ditujukan untuk kawan-kawan para pekerja lapangan dan para sarjana teknik yang baru bertugas sebagai Insinyur Proses di lapangan. Pengantar Penulis Saya masih teringat ketika lulus dari jurusan Teknik Kimia dan langsung berhadapan dengan dunia nyata (pabrik minyak dan gas) dan tergagap-gagap dalam menghadapi problem di lapangan yang menuntut persyaratan dari seorang insinyur proses dalam memahami suatu permasalahan dengan cepat, dan terkadang butuh kecerdikan – yang sanggup menjembatani antara teori pendidikan tinggi dan dunia nyata (=dunia kerja). Semakin lama bekerja di front line operation – dalam hal troubleshooting – semakin memperkaya kita dalam memahami permasalahan-permasalahan proses berikutnya. Menurut hemat saya, masalah-masalah troubleshooting proses di lapangan seringkali adalah masalah yang sederhana, namun terkadang menjadi ruwet karena tidak tahu harus dari mana memulainya. Hal tersebut

Apa itu HSE ?

HSE adalah singkatan dari Health, Safety, Environment. HSE merupakan salah satu bagian dari manajemen sebuah perusahaan. Ada manejemen keuangan, manajemen sdm, dan juga ada Manajemen HSE. Di perusahaan, manajemen HSE biasanya dipimpin oleh seorang manajer HSE, yang bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan seluruh program HSE. Program  HSE disesuaikan dengan tingkat resiko dari masing-masing bidang pekerjaan. Misal HSE Konstruksi akan beda dengan HSE Pertambangan dan akan beda pula dengan HSE Migas . Pembahasan - Administrator Migas Bermula dari pertanyaan Sdr. Andri Jaswin (non-member) kepada Administrator Milis mengenai HSE. Saya jawab secara singkat kemudian di-cc-kan ke Moderator KBK HSE dan QMS untuk penjelasan yang lebih detail. Karena yang menjawab via japri adalah Moderator KBK, maka tentu sayang kalau dilewatkan oleh anggota milis semuanya. Untuk itu saya forward ke Milis Migas Indonesia. Selain itu, keanggotaan Sdr. Andry telah saya setujui sehingga disk

Penggunaan Hydrostatic Test & Pneumatic Test

Pneumatic test dengan udara (compressed air) bukan jaminan bahwa setelah test nggak ada uap air di internal pipa, kecuali dipasang air dryer dulu sebelum compressed air dipake untuk ngetest.. Supaya hasilnya lebih "kering", kami lebih memilih menggunakan N2 untuk pneumatic test.. Tanya - Cak Ipin  Yth rekan-rekan milis Saat ini saya bekerja di power plant project, ditempat saya bekerja ada kasus tentang pemilihan pressure test yang akan digunakan pada pipa Instrument, Pihak kontraktor hanya melakukan hydrostatic test sedangkan fluida yg akan digunakan saat beroperasi adalah udara dimana udara tersebut harus kering atau tidak boleh terkontaminasi dengan air, pertanyaan saya : 1. Apakah boleh dilakukan hydrostatic test pada Instrument air pipe?? 2. Jika memang pneumatic test berbahaya, berapa batasan pressure untuk pneumatic test yg diijinkan?? Mohon pencerahan dari para senior, terima kasih. Tanggapan 1 - Apriadi Bunga Cak Ipin, Sepanjang yang saya tahu, pneum